Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Akui Perlunya Restrukturisasi Angkutan Perkotaan

Kompas.com - 20/11/2014, 14:53 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil menyebutkan, berdasarkan pengalaman sebelumnya, dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi paling terasa pada angkutan umum.

“Dari angka-angka dan pengalaman yang lalu, dampak inflasi yang kemungkinan terjadi akibat kenaikan harga BBM itu secara umum sebenarnya yang paling besar adalah tarif angkutan,” kata dia, Kamis (20/11/2014).

Atas dasar itu, guna mengantisipasi dampak kenaikan BBM, pemerintah melalui Menteri Perhubungan telah mengeluarkan kebijakan kenaikan tarif maksimal 10 persen untuk angkutan antar kota. Sementara itu, untuk angkutan dalam kota menjadi kewenangan pemerintah daerah/kota.

“Dan ini telah diminta Mendagri untuk memberikan batasan supaya kenaikan tarif angkutan kota itu terkontrol,” imbuh Sofyan.

Namun, lebih dari upaya jangka pendek itu, Sofyan menambahkan perlunya upaya jangka menengah dan panjang. Lebih lanjut dia bilang, muncul berbagai usulan yang menyebutkan perlunya insentif ataupun kompensasi bagi transportasi publik.

“Saya sepakat beberapa hal sistemik harus diselesaikan, supaya kita tidak mengalami hal yang sama lagi di masa yang akan datang. Misalnya bagaimana restrukturisasi angkutan di perkotaan,” ucap Sofyan.

Caranya, pemerintah akan melakukan studi terlebih dahulu yang dapat diimplementasikan, sehingga bisa membantu pemerintah daerah dalam melisensi angkutan kota. Di sisi ketersediaan energi untuk transportasi publik, dia bilang pemerintah akan kembali menggairahkan program konversi BBM ke BBG.

Pengamat perkotaan dari Universtias Trisakti, Nurwono Yoga menuturkan, pengalihan subsidi ke sektor produktif harus menunjukkan keberpihakan pemerintah ke sektor transportasi publik. "(Juga) membangun trotoar dan jalur sepeda yang aman-nyaman. Sehingga yang jaraknya dekat tidak perlu kendaraan bermotor, hemat energi, polusi berkurang, lebih sehat,” kata Yoga kepada kompas.com, Selasa (18/11/2014). (baca juga: Cerita Satu Pagi di Jakarta, Menanti Realisasi Janji Pengalihan Subsidi Jokowi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com