Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rajawali Kuasai 74 Persen Saham BWPT

Kompas.com - 24/12/2014, 11:03 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - PT BW Plantation Tbk (BWPT) merampungkan rights issue atau penawaran umum terbatas dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Dari penerbitan 27,02 miliar saham baru atau 85,71 persen modal ditempatkan dan disetor penuh, investor publik tak tertarik dengan saham rights issue BWPT.

Sumber KONTAN mengungkapkan, investor publik hanya menyerap 16 persen HMETD atau 4,32 miliar saham. Padahal, publik memiliki hak mengeksekusi sebanyak 8,58 miliar saham atau 31,75 persen right issue BWPT. Saham rights issue BWPT dilaksanakan di harga Rp 400 per saham. Nilai tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga saham BWPT yang sempat menyentuh Rp 1.000 per saham.

Seperti dipublikasikan dalam prospektus, PT Rajawali Capital International akan mengeksekusi 15,2 miliar saham atau 56,25 persen. Sebab pemilik BWPT lainnya, yakni PT BW Investindo, Credit Suisse AG SG Branch S/A Matacuna Group Limited dan Credit Suisse AG SG Branch S/A Pegasus CP One Limited tak akan mengeksekusi HMETD tersebut. Sehingga, Rajawali Capital akan mengambil hak mereka.

Dengan tak terserapnya rights issue ini, pembeli siaga menampung 28,3% saham BWPT. "Porsi serapan dari total rights issue sebesar Rp 10,8 triliun. Dan yang harus diserap standby buyer adalah Rp 3,06 triliun," ujar Kelik Irwantono, Direktur Keuangan BWPT kepada KONTAN.

Grup Rajawali menjadi pembeli siaga dengan porsi besar, yakni Rp 2,86 triliun atau 93,8 persen dari porsi standby buyer. Sisa jatah pembeli siaga ditampung BNI Securities, Danareksa Sekuritas dan Valbury Asia Securities. BWPT telah melaksanakan perpindahan atas 19,45 miliar atau 72 persen saham hasil HMETD, pada Senin (22/12/2014). Kemudian ada eksekusi 7,56 miliar unit atau 28% saham oleh pembeli siaga, pada Selasa (23/12).

Dari aksi ini, secara total Grup Rajawali menguasai 83 persen-84 persen saham rights issue. Dengan asumsi itu, Rajawali mesti mengeluarkan dana senilai Rp 8,97 triliun untuk mengeksekusi saham rights issue BWPT. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan dengan nilai akuisisi BWPT terhadap Grup Green Eagle sebesar Rp 10,53 triliun. Green Eagle adalah anak usaha Rajawali.

Secara total, pasca-rights issue, Grup Rajawali akan mengendalikan BWPT dengan kepemilikan 74 persen atau setara 23,32 miliar unit saham.

Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menilai, saham rights issue yang terlalu banyak merupakan strategi Rajawali mengakuisisi BWPT.

"Ini berhasil. Orang jadi tak berminat mengeksekusi," ujar dia. Satrio mencermati dua poin dari rights issue ini.

Pertama, Rajawali berhasil memperoleh saham BWPT dengan porsi besar. Kedua, Rajawali melakukan aksi beli murah dengan kantong kiri dan menjual mahal dengan kantong kanan. Ini karena Rajawali sukses melakukan valuasi Green Eagle di harga tinggi.

Di masa depan Satrio melihat, prospek sektor perkebunan masih bagus. Namun untuk BWPT, tentunya perlu dilihat lagi hasil laporan keuangan konsolidasi akhir tahun ini sampai dua kuartal di tahun depan. (Annisa Aninditya Wibawa, Veri Nurhansyah Tragistina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pos Indonesia Ubah Aset Gedung Jadi Creative Hub E-sport

Pos Indonesia Ubah Aset Gedung Jadi Creative Hub E-sport

Whats New
IHSG Lanjutkan Kenaikan Tembus Level 7300, Rupiah Tersendat

IHSG Lanjutkan Kenaikan Tembus Level 7300, Rupiah Tersendat

Whats New
Pengusaha Korea Jajaki Kerja Sama Kota Cerdas di Indonesia

Pengusaha Korea Jajaki Kerja Sama Kota Cerdas di Indonesia

Whats New
Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Whats New
Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Whats New
Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Whats New
Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Whats New
Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

Whats New
Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Whats New
Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Whats New
Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Whats New
Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com