Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampanye LSM "Perang" dari Negara Lain untuk Hambat Ekonomi Indonesia?

Kompas.com - 20/01/2015, 11:22 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah menilai banyaknya kampanye negatif atas proyek listrik khususnya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah upaya negara lain untuk menghambat percepatan pembangunan ekonomi Indonesia.

Nur Pamudji, anggota Unit Pelaksana Program Pembangunan Ketenagalistrikan, menilai pesan-pesan lingkungan yang disebarluaskan lembaga swadaya masyarakat (LSM) bisa dilihat sebagai perang dalam bentuk lain.

"Mungkin ini perang bentuk lain yang dilakukan oleh negara lain. Agar ekonomi di Indonesia agak lambat," kata dia, di Jakarta, Selasa (20/1/2015).

Penilaian matan bos PT PLN (Persero) itu menanggapi keluhan dari para investor dan developer proyek listrik. PT Bimasena Power Indonesia adalah salah satu yang mengeluhkan hal tersebut.

Presiden Direktur PT Bimasena Power Indonesia, Mohammad Effendi, menunjukkan bukti bahwa organisasi pemerhati lingkungan berperan dalam menghambat pembangunan listrik Indonesia.

Proyek PLTU berkapasitas 2x1000megawatt di Batang, Jawa Tengah, hingga kini belum rampung terkendala pembebasan lahan. Dia bilang, lantaran kampanye dari sejumlah LSM, masyarakat memiliki persepsi bahwa PLTU selalu mencemari lingkungan.

Dalam pertemuan dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Sudirman Said, Effendi menyampaikan, pihaknya sangat menyambut antusias proyek kelistrikan 35.000 megawatt yang digagas pemerintah. Namun, dia melihat realisasi rencana itu akan banyak menghadapi tantangan seperti yang sudah-sudah.

"Saya terkesan program 35.000MW yang disampaikan Pak Sudirman (Menteri ESDM). Tapi kenyataannya kita menghadapi tantangan dari Greenpeace, PLTU itu dibilang akan menimbulkan pencemaran. Ini secara terus-menerus disebarluaskan ke masyarakat," kata dia.

Akibatnya, lanjut Effendi, muncul penolakan-penolakan dari masyarakat tehadap proyek PLTU. Dia lebih lanjut mengatakan, para investor dan developer berharap bersamaan dengan program 35GW, ada usaha paralel kepada masyarakat maupun Greenpeace bahwa jika program tersebut tidak dilaksanakan, maka Indonesia akan menghadapi masalah, akibat kurangnya listrik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com