Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hadapi MEA, Rekind Percaya Diri

Kompas.com - 01/04/2015, 19:58 WIB


KOMPAS.com - Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai tahun ini, PT Rekayasa Industri (Rekind) mengambil sikap percaya diri. Menurut Presiden Direktur Rekind Firdaus Syahril dalam perbincangan dengan media pada Rabu (1/4/2015), perusahaan yang dipimpinnya terbilang satu-satunya perusahaan perekayasaan, pengadaan, dan konstruksi (EPC) yang komplet. "Di kawasan ASEAN, cuma kami yang mengerjakan EPC secara lengkap," kata Firdaus.

Catatan menunjukkan, pemerintah Republik Indonesia mendirikan Rekind pada 12 Agustus 1981. Misi yang diemban adalah meningkatkan kemandirian bangsa di bidang EPC. Rekind juga menjadi pendukung pembangunan industri dan infrastruktur nasional.

Firdaus menerangkan, ada tiga pemegang saham Rekind. Pertama adalah PT Pupuk Indonesia sebesar 95 persen, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) 5 persen, dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) 5 persen.

Menurut penjelasan Firdaus, proyek-proyek di MEA juga berkaitan dengan infrastruktur. Proyek infrastruktur menjadi andalan pemerintahan Presiden Joko Widodo hingga lima tahun ke depan. Salah satu yang utama adalah proyek pembangunan kelistrikan 35.000 megawatt (MW).

Meski demikian, aku Firdaus, pihaknya sampai sekarang belum ikut ambil bagian di dalamnya. "Padahal, kami sangat siap untuk pembangunan proyek tersebut," kata Firdaus menegaskan.

Rekind Struktur Pendukung Penambat (MSS) berbobot 1.027 ton karya PT Rekayasa Industri (Rekind). Peralatan ini merupakan yang pertama dibangun di Indonesia. Catatan menunjukkan, infrastruktur jenis ini akan menjadi pendukung kapal jenis penyimpanan terapung untuk mengubah gas alam cair menjadi gas kembali (FSRU). PT Perusahaan Gas Negara, misalnya, menjadi salah satu yang mengoperasikan kapal FSRU.

Kawasan

Dalam penjelasannya, Firdaus mengatakan pada 2015 ini, pihaknya tengah menggarap 15 proyek. Kemudian, ada 10 proyek yang baru saja rampung 100 persen.

Rekind, terang Firdaus memiliki unit bisnis strategis (SBU) yang mengembangkan pembangunan proyek-proyek seperti panas bumi, infrastruktur migas lepas pantai, produksi pupuk, dan pembangkit listrik.

Debut Rekind adalah pada 1983-1984 pada proyek manajemen konstruksi di Pabrik Pupuk Iskandar Muda, Aceh. Proyek itu bernama PIM 1. "Kala itu, saya ikut ambil bagian di dalamnya dan masih dibantu oleh tenaga asing dari Kellog, Amerika Serikat," kenangnya.

Rekind Dodi Yusmianto PT Rekayasa Industri berhasil mengerjakan Tower Yoke Mooring System (TYMS) di Lampung.

Sementara itu, proyek Rekind di luar Indonesia terwujud pertama kali pada pembangunan pabrik amonia di Bintulu, Malaysia pada 1991. Pabrik amonia itu merupakan proyek milik Petronas.

Proyek di Malaysia, imbuh Firdaus, kemudian berkembang pula untuk pembangunan kelistrikan di Malaka. Pada 2001-2004, Rekind juga berpartisipasi membangun pabrik pupuk NKP di Kedah. "Kami juga menggarap proyek di kawasan ASEAN yakni di Brunei Darussalam," tuturnya.

Catatan juga menunjukkan pada 2014, Rekind membukukan pendapatan hingga Rp 11,2 triliun. Sementara, raihan laba sebelum pajak mencapai Rp 375 miliar.

Hingga 2015 usai, Rekind menargetkan pendapatan Rp 8 triliun. Lalu, pada masa yang sama, Rekind membidik laba sebelum pajak di angka Rp 300 miliar. Pajak yang dibayarkan Rekind ke kas negara tercatat sudah menyentuh angka lebih dari setengah triliun rupiah.


Primus Logo PT Rekayasa Industri (Rekind). Rekind berdiri pada 12 Agustus 1981 sebagai perusahaan perekayasaan, pengadaan, dan konstruksi (EPC) milik negara.


 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com