Deputi Kepala Pewakilan BI Provinsi Jawa Tengah, Ananda Pulungan mengatakan, berdasarkan hasil survei, kenaikan harga lebih banyak pada komoditas pangan. Dia menilai ada efek psikologis masyarakat menyambut bulan Ramadhan.
“Tapi, tekanan itu masih bisa diimbangi dengan mulai masuknya masa panen, seperti bawang merah dan cabai pada pertengahan bulan ini,” kata dia, di Semarang, Senin (8/6/2015).
Selama ini, suplai data terkait inflasi terus menekankan dari laporan dari Tim Pengendali Inflasi daerah (TPID). Namun untuk pengendalian risiko inflasi, diperlukan langkah tepat agar tekanan kenaikan harga bisa diturunkan secara bertahap.
Sementara itu, Kepala Divisi Akses Keuangan, UMKM, dan Komunikasi BI Jawa Tengah Hesti Candra Sari mengungkapkan, hasil survei konsumen pada Mei 2015 menunjukkan angka inflasi di Jawa Tengah berkisar 0,51 persen (mtm). Inflasi naik dari bulan April yang tercatat hanya 0,17 persen (mtm).
“Inflasi di Jateng ini lebih tinggi dari angka inflasi nasional yang sebesar 0,50 persen (mtm),” ujar Hesti.
Inflasi terbesar, lanjut dia, disumbang oleh komoditas pangan meliputi bawang merah, cabai merah, telur ayam ras, daging ayam ras dan bawang putih. Kenaikan lebih dikarenakan stok bahan baku yang terbatas.
“Di antarara sekian daerah di Jateng, Inflasi tertinggi di Kota Tegal sebesar 0,74 persen (mtm), sementara inflasi terendah terjadi di Kota Surakarta sebesar 0,37 persen (mtm),” paparnya.
Sementara terkait, prediksi kenaikan pada bulan Juni ini, kenaikan harga lebih bersumber dari buntut kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) untuk golongan di atas 3500 Volt Ampere. Kenaikan TDL diprediksi akan berimbas pada industri yang nantinya akan berpotensi mempengaruhi harga pokok produksi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.