Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

APBN Makin Tak Sensitif pada Harga Minyak Dunia

Kompas.com - 15/09/2015, 20:52 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XI, Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro menyampaikan bahwa dalam pertemuannya dengan menteri keuangan Qatar dan menteri keuangan Arab, diketahui harga minyak tahun depan diproyeksikan masih rendah. Bambang pun mengatakan, kedua menteri keuangan yang ia temui hanya berani memasang asumsi harga minyak 50 dollar AS per barel.

Sementara itu, pemerintah Indonesia dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016 mematok asumsi harga minyak mentah Indonesia di level 60 dollar AS per barel. Rapat itu pun meminta pemerintah untuk mengkaji lagi asumsi harga minyak mentah Indonesia.

Ditemui usai rapat, Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani membenarkan, memang usulan awal di level 60 dollar AS per barel tersebut harus dilihat lagi. "Dengan kondisi sekarang dan kurs akan dilihat lagi, termasuk update di Timteng. Apakah 60 dollar AS per barel ini masih layak atau diturunkan, nanti di Komisi VII. Nanti diskusinya dengan Menteri ESDM," kata dia di Jakarta, Selasa (15/9/2015).

Yang pasti kata Askolani, meskipun ada koreksi harga minyak mentah Indonesia, hal tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap pengeluaran atau belanja, khususnya belanja subsidi. Ujung-ujungnya, sambung Askolani kekhawatiran terhadap melebarnya pembiayaan juga minim.

Dia bilang, sejak subsidi bahan bakar minyak (BBM) dikurangi, APBN Indonesia lebih tidak sensitif terhadap naik-turunnya harga minyak dunia. "Dengan seimbangkan belanja subsidi energi, sensitivitas APBN lebih terkendali dari pada Arab," imbuh dia.

Memang, diakui Askolani, ada potensi berkurangnya penerimaan migas. Namun dengan kurs rupiah yang masih rendah, diharapkan penurunan harga minyak dunia pun terkompensasi. Apalagi komposisi sumber penerimaan yang dominan dalam APBN Indonesia adalah pajak dan bukannya minyak seperti Arab atau Rusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mengenal Mata Uang Kanada, Salah Satu yang Paling Stabil di Dunia

Mengenal Mata Uang Kanada, Salah Satu yang Paling Stabil di Dunia

Whats New
Inggris Dukung dan Berbagi Pengalaman untuk Keanggotaan Indonesia di CPTPP

Inggris Dukung dan Berbagi Pengalaman untuk Keanggotaan Indonesia di CPTPP

Whats New
Menaker: Serikat Pekerja Nuntut Kenaikan Upah, Kami Tuntut Kenaikan Kompetensi

Menaker: Serikat Pekerja Nuntut Kenaikan Upah, Kami Tuntut Kenaikan Kompetensi

Whats New
Bea Cukai, Dulu Tenar Jadi Sarang Pungli, Sempat Dibekukan Soeharto

Bea Cukai, Dulu Tenar Jadi Sarang Pungli, Sempat Dibekukan Soeharto

Whats New
Emiten GPS PT Sumber Makmur Sasar Pasar Pembayaran Tol Tanpa Setop MLFF di RI

Emiten GPS PT Sumber Makmur Sasar Pasar Pembayaran Tol Tanpa Setop MLFF di RI

Whats New
Ini Alasan Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Ini Alasan Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Mata Uang Denmark, Pakai Euro atau Krone?

Mata Uang Denmark, Pakai Euro atau Krone?

Whats New
Menaker: Kami Tolak Upah Murah dan PHK Sepihak

Menaker: Kami Tolak Upah Murah dan PHK Sepihak

Whats New
Walau Pendapatan Turun, PT Timah Bukukan Kenaikan Laba Per Kuartal I 2024

Walau Pendapatan Turun, PT Timah Bukukan Kenaikan Laba Per Kuartal I 2024

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

Whats New
Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Whats New
Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Whats New
Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Whats New
Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Whats New
Kinerja 2023 'Kinclong', Emiten TI ATIC Sasar Pasar Baru Konsultasi Cloud pada 2024

Kinerja 2023 "Kinclong", Emiten TI ATIC Sasar Pasar Baru Konsultasi Cloud pada 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com