Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Terpuruk, Fraksi PDI-P Minta BI Diperiksa

Kompas.com - 29/09/2015, 20:05 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Fraksi PDI-Perjuangan meminta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) segera melakukan audit investigatif terhadap Bank Indonesia. Audit ini dinilai perlu dilakukan karena rupiah yang terus melemah terhadap dollar AS. "Fraksi PDI-Perjuangan mendesak Pimpinan DPR RI untuk segera mengadakan pertemuan konsultasi dengan Pimpinan BPK dan meminta kepada BPK untuk melakukan pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu terhadap BI," kata Ketua DPP Bidang Ekonomi PDI-P," kata Ketua DPP PDI-P Hendrawan Supratikno dalam jumpa pers di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (29/9/2015).

Hendrawan mengaku Fraksi PDI-P akan menyurati pimpinan DPR untuk secara resmi menyampaikan permintaan ini. Surat akan dikirim setelah Ketua DPR Setya Novanto, Wakil Ketua DPR Fadli Zon dan Fahri Hamzah tiba di Indonesia.

Anggota Komisi IX DPR ini mengatakan, kecenderungan pelemahan rupiah belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Bahkan di tengah-tengah masyarakat dan pelaku pasar telah muncul spekulasi bahwa pelemahan ini akan terus berlanjut dan dalam waktu tidakk lama lagi akan segera menembus ambang psikologis Rp 15.000 per dollar AS. "Sepanjang tahun ini, rupiah telah melemah lebih dari 18 persen bila dibandingkan kurs awal Januari 2015. Padahal sepanjang 2014, rupiah hanya melemah sekitar 1,74 persen," ucapnya.

Hendrawan mengakui pelemahan rupiah yang terjadi saat ini disebabkan oleh berbagai faktor. Dalam bidang moneter, faktor-faktor tersebut antara lain antisipasi investor ats rencana kenaikan suku bunga AS, quantitative easing di Eropa, ketidakjelasan penyelesaian krisis utang Yunani, dan kebijakan devaluasi yuan yang kemungkinan diikuti oleh negara lain.

Namun, imbuh Hendrawan, menjaga stabilitas rupiah tetaplah tugas utama BI sebagai otoritas moneter. "Jangan sampai terjadi, kekurangefektifan pengelolaan nilai tukar yang dilakukan BI membawa dampak yang buruk terhadap kinerja perekonomian nasional dan kinerja pemerintah secara keseluruhan, dengan akibat-akibat yang merugikan masyarakat," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com