“Kalau harga bahan bakar minyak turun, pengembangan EBT memang menjadi tidak menarik,” kata Direktur Reforminers Institute, Priagung Rakhmanto kepada Kompas.com, Senin (18/1/2016).
Menurut Priagung, terkait kewajiban biodisel campuran nabati 20 persen atau B20, sebaiknya pemerintah dan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit menghitung ulang berapa batas atas subsidi yang akan dikeluarkan untuk menambal disparitas harga antara biodisel dengan solar murni.
“Sebaiknya ditetapkan saja setiap tahunnya. Menurut saya, itu bisa lebih terprediksi dan terkontrol di dalam subsidinya,” kata Priagung.
Sementara itu ketika ditanyakan apakah perlu diterapkan subsidi tetap untuk tiap liter B20, Priagung menyatakan pemerintah bisa mengambil opsi ini. Dia beralasan, jika harga yang menjadi acuan B20 berubah, lebih baik pemerintah memberikan subsidi tetap untuk B20.
“Rupiah per liter atau dalam bentuk totalnya, bisa dilakukan, kalau concern-nya adalah anggaran,” ujar dia.
Direktur Utama Badan Pengelolaan Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit, Bayu Krishnamurti mengatakan, harga minyak mentah dunia yang berada di level lebih rendah dari 30 dollar AS per barel berimplikasi pada membengkaknya subsidi B20.
Ketika ditanya, berapa subsidi per liter B20 dengan harga minyak mentah 30 dollar AS per barel, Bayu mengatakan pihaknya masih melakukan kalkulasi.
"Sedang kita hitung terus, karena harganya masih belum stabil. Masih terus bergerak. Tapi, bisa saya sampaikan bahwa saat ini subsidi kita sudah lebih Rp 3.000 per liter," kata Bayu. (baca: Harga Minyak Melorot, Dana Subsidi B20 Membengkak)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.