Pinjaman yang disetujui pada Desember 2015 ini digunakan untuk meningkatkan transmisi dan distribusi listrik di Sumatra.
Pinjaman ini merupakan bantuan dengan pendekatan berbasis hasil atau result-based lending, yaitu dengan mengaitkan pencairan pinjaman pada hasil yang dicapai, bukan pada pengeluaran yang terjadi yang pertama di Indonesia.
Hal ini juga merupakan yang pertama di dunia untuk sektor energi. Tidak hanya itu, pinjaman ini juga merupakan pinjaman langsung pertama ke BUMN di Indonesia dengan jaminan dari negara.
Menurut ADB Country Director for Indonesia Steven Tabor, pencairan pinjaman ini meyakinkan bahwa bantuan dari ADB dapat digunakan oleh PLN secara fleksibel dengan sistemnya sendiri, namun tetap fokus pada hasil.
"Memodernkan fasilitas kelistrikan adalah kunci kesuksesan program ekspansi listrik 35 gigawatt yang dicanangkan pemerintah. ADB bangga mendukung program tersebut sekaligus membantu mencapai sisa 16 persen masyarakat Sumatra yang belum terjangkau layanan listrik," kata Tabor dalam keterangan resmi, Rabu (3/2/2016).
Pencairan berikutnya akan dilakukan setiap tahun selama 4 tahun ke depan, setelah PLN mencapai hasil yang telah disepakati dalam pengautan transmisi listrik dan sistem distribusi di Sumatra.
Biaya yang diperlukan untuk program ini sekitar 7,3 miliar dollar AS. Pada bulan Desember 2015 lalu, ADB menyetujui 2 pinjaman, yakni 575 juta dollar AS dari sumber modal biasa dan 25 juta dollar AS dari ASEAN Infrastructure Fund, sehingga totalnya mencapai 600 juta dollar AS.
Ini adalah program pinjaman RBL pertama di dunia dalam sektor energi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.