Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inflasi Tinggi Masih Mengintai

Kompas.com - 13/02/2016, 15:43 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com - Ancaman laju inflasi yang tinggi masih mengintai Indonesia pada 2016 ini. Hal itu diungkapkan Bank Indonesia (BI) usai rapat koordinasi bersama pemerintah pusat dan daerah di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). "Di 2016 ini ada resiko besar terjadinya tekanan inflasi khususnya dari harga pangan," ujar Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo di Kupang, Jumat (12/2/2016).

Menurut BI, potensi kenaikan harga pangan muncul akibat terlambatnya masa tanam dan panen yang disebabkan musim kemarau panjang (El Nino) pada akhir 2015 lalu. Sementara pada pertengahan 2016, ada potensi musim hujan panjang.

Berbagai komoditas pangan yang memicu inflasi ini menjadi perhatian BI. Komoditas tersebut adalah beras, cabai, telur ayam, daging ayam, dan daging sapi. Tahun lalu angka inflasi nasional berada di angka 3, 35 persen. Sementara pada 2014, angka inflasi mencapai 4,9 persen.

Selama ini, harga pangan memang menjadi penyumbang besar terhadap besaran inflasi. Oleh karena itu, BI mendorong perlunya menjaga ketahanan pangan beserta perbaikan sistem logistik di daerah-daerah penyuplai pangan misalnya NTT.

Lintas sektoral

Gubernur NTT Frans Lebu Raya mengungkapkan, masih banyak infrastuktur yang harus dioptimalkan dan dibangun untuk menjaga ketahanan pangan di NTT. Di antaranya pembangunan waduk, perbaikan sistem irigasi, ketersediaan pupuk hingga gudang penyimpanan.

Namun demikian, mewujudkan ketahanan pangan membutuhkan upaya bersama lintas sektoral. Sebab, ketahanan pangan tidak hanya bicara persolan produksi tapi juga distribusi, hingga penjualan pangan. Kepala Badan Pertahanan pangan Kementerian Pertanian Gardjita Budi menuturkan hal tersebut.

Sementara terkait distribusi, Chandra Irawan dari Kementerian Perhubungan mengatakan bahwa pihaknya akan terus berupaya memperbaiki masalah konektivitas antarpulau di NTT. Salah satu upaya itu yakni menyediakan kapal-kapal perintis untuk rute NTT. "Itu upaya untuk mencapai ketahanan pangan dan konektivitas mempercepat arus barang di NTT," kata Chandra.

Selain dihadiri pihak Kementerian Perhubungan dan Gubernur NTT, rapat koordinasi inisiatif BI itu juga dihadiri Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Koordinator Perekonomian.

Rapat koordinasi itu menghasilkan sejumlah kesimpulan, di antaranya mendorong pembangunan waduk, sistem irigasi, hingga ketersediaan pupuk. Selain itu, pembenahan sistem logistik nasional juga didorong dengan penyediaan kapal ternak, kapal perintis, dan percepatan bongkar muat di pelabuhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Earn Smart
KJRI Cape Town Gelar 'Business Matching' Pengusaha RI dan Afrika Selatan

KJRI Cape Town Gelar "Business Matching" Pengusaha RI dan Afrika Selatan

Whats New
Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Whats New
Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Whats New
Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Whats New
Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Whats New
Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Work Smart
Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com