Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Faisal Basri: Terlalu Cepatkah Rupiah Menguat?

Kompas.com - 08/03/2016, 08:40 WIB
Aprillia Ika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri menyoroti kekhawatiran Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution yang khawatir jika penguatan rupiah diatas fundamentalnya.

Beberapa pejabat tinggi memang khawatir rupiah menguat terlalu cepat. Penguatan yang terlalu cepat hanya akan mengganggu ekspor dan meningkatkan impor terutama impor barang konsumsi.

"Mereka barangkali lupa bahwa rupiah sudah tergolong lama mengalami kemerosotan. Tahun lalu saja nilai tukar rupiah merosotan sebesar 9,39 persen," tulis Faisal dalam blog pribdinya, faisalbasri01.wordpress.com.

Menurut Faisal, jika dibandingkan dengan aras tertingginya pada 2 Agustus 2011, nilai tukar rupiah hari ini melemah sebesar 35,1 persen.

Jadi, penguatan rupiah selama tahun ini sebesar 5,64 persen masih belum menutup kemerosotan tahun lalu, apalagi dibandingkan posisi 2 Agustus 2011.

"Kekhawatiran penguatan rupiah bakal mengganggu ekspor rasanya kurang beralasan. Toh sewaktu rupiah melorot, ekspor boro-boro naik, malahan terus merosot," lanjut Faisal.

Mengingat mayoritas ekspor kita adalah komoditas, perubahan harga karena faktor nilai tukar tidak sensitif terhadap permintaan.

Lebih lanjut, Faisal juga menyoroti ekspor manufaktur. Menurut dia, produk manufaktur yang diekspor memiliki kandungan impor relatif tinggi. Artinya, harga bahan baku yang diimpor dalam rupiah turun.

Jadi kenaikan harga barang ekspor Indonesia dalam mata uang pengimpor dikompensasikan oleh penurunan harga bahan baku yang diimpor. Jadi pengaruh neto-nya bisa dikatakan netral.

Menurut Faisal, para pejabat tinggi khawatir atas penguatan nilai tukar rupiah boleh jadi karena mereka tahu betul faktor penopangnya belum meyakinkan.

Pertama, meskipun menunjukkan trend penurunan, laju inflasi di Indonesia masih yang tertinggi di ASEAN-5.

Kedua, penopang utama perolehan valuta asing adalah dari selisih antara ekspor dan impor barang dan jasa (current account) yang masih defisit, sedangkan kebanyakan negara ASEAN menikmati surplus.

Dalam penilaian mereka, penguatan rupiah belakangan ini lebih disebabkan karena pelemahan dollar AS dan sentimen positif yang membuat peningkatan dana asing masuk. Dana asing itu kebanyakan bersifat jangka pendek yang sewaktu-waktu bisa keluar.

"Namun, jika pemerintah bisa menjaga sentimen positif dengan konsisten melaksanakan penyesuaian struktural, kita patut optimistis perekonomian akan terus membaik. Tidak pula menempuh jalan pintas yang kontraproduktif," pungkas Faisal.


Sebelumnya berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengalami kenaikan harian 13 hari berturut-turut, terlama dalam enam tahun terakhir.

Hingga hari ini (8/3/2016) nilai tukar rupiah telah menguat 5,64 persen, terbaik kedua di antara Emerging Markets setelah Brazilian real.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Whats New
60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

Whats New
Surat Utang Negara adalah Apa?

Surat Utang Negara adalah Apa?

Work Smart
Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Whats New
Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Whats New
Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

BrandzView
Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Whats New
Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Whats New
Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Biaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Biaga hingga BCA

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com