Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkait Produksi Minyak, OPEC Masih Toleransi Sikap Iran

Kompas.com - 22/03/2016, 06:32 WIB
Aprillia Ika

Penulis

Sumber Reuters
WINA, KOMPAS.com - Negara produsen minyak yang tergabung dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) masih memberikan toleransi pada sikap Iran yang enggan menahan produksi minyaknya untuk menaikkan harga minyak dan menggenjot ekspor minyak mentah.

Sekretaris Jenderal OPEC Abdullah al-Badri pada Senin lalu menyatakan pihaknya mempersilahkan Iran untuk bergabung pada negara-negara produsen minyak yang sepakat untuk menahan produksinya setelah puas menggenjot ekspor minyaknya.

Negara-negara anggota OPEC dan produsen minyak lain yang bukan anggota OPEC akan bertemu di Qatar pada 17 April mendatang untuk mendiskusikan penahanan produksi minyak, untuk mengurangi suplai minyak yang beredar. Sayangnya, Iran memilih untuk mendorong ekspor minyaknya paska berlalunya sanksi dari negara barat pada Januari lalu.

"Saya harap hasilnya akan positif," kata Abdullah al-Badri pada konferensi pers di Wina. "Mereka (Iran) tidak memberatkan diri pada pertemuan ini tetapi mereka memiliki syarat tertentu pada produksi dan mungkin di masa mendatang mereka akan bergabung," lanjut dia.

Komentar Sekjen OPEC ini memberikan sinyal bahwa posisi Iran tidak akan melakukan penahanan produksi. Sementara negara produsen minyak di Teluk, termasuk Arab Saudi, sebelumnya mendorong agar semua produsen utama minyak berpartisipasi.

Badri berharap harga minyak LCOc1 yang sudah mencapai dasar bisa menanjak lagi jika kelebihan suplai berhasil dipangkas. Pada perdagangan Senin, LCOc1 diperdagangkan diatas 41 dollar AS per barel, naik dari level terendah dalam 12 tahun yakni 27 dollar AS per barel di Januari.

"Harga terus meningkat, saya berharap tren ini akan terus," kata dia. "Saya tidak mengharapkan harga meningkat dengan cepat tetapi tumbuh pada level moderat," lanjut dia.

Pada saat ini, suplai pasokan minyak mencapai rata-rata lima tahun stok, atau sekitar 300 juta barel. "Jika kami bisa menyingkirkan 300 juta barel ini, maka harga akan kembali normal," lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com