Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Freeport di Papua Barat, tetapi Kesenjangan Si Kaya dan Si Miskin Paling Lebar

Kompas.com - 18/04/2016, 14:43 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan indeks ketimpangan/kesenjangan distribusi pengeluaran atau gini ratio posisi September 2015 sebesar 0,40.

Angka ini membaik dibandingkan posisi Maret 2015 yang sebesar 0,41. Meskipun begitu, Kepala BPS Suryamin menuturkan dari 34 provinsi, ada empat provinsi dengan indeks rasio Gini lebih tinggi dibandingkan nasional.

Keempat provinsi tersebut adalah Papua Barat (0,43), Jawa Barat (0,43), DKI Jakarta (0,42), dan DI Yogyakarta (0,42).

"Indek rasio Gini keempat provinsi di atas nasional yang sebesar 0,40," kata Suryamin dalam paparan, Jakarta, Senin (18/4/2016).

Deputi Bidang Statistik Sosial BPS M Sairi Hasbullah mengatakan, kesenjangan di Papua Barat disebabkan pengeluaran kelompok masyarakat 40 persen bawah sangat rendah sekali.

Keberadaan sektor pertambangan modern, PT Freeport Indonesia, juga memengaruhi gap pengeluaran kelompok 20 persen atas dan 40 persen bawah tersebut.

"Papua Barat kita semua tahu ada sektor modern, ada Freeport dan lain-lain. Tapi, di bawahnya sangat tradisional sekali. Sehingga wajar ada gap yang sangat besar," tutur Sairi.

Selain itu, distribusi pengeluaran masyarakat yang bekerja di pemerintahan dengan yang tidak di pemerintahan juga sangat timpang.

"Antara yang bekerja di pemerintahan dan masyarakat awam, masih sangat tinggi sekali (gapnya)," imbuh Sairi.

Rasio Gini merupakan parameter untuk mengukur derajat ketidakmerataan distribusi penduduk. Angka 0 menunjukkan pemerataan sempurna. Sementara itu, angka 1 menunjukkan ketimpangan sempurna.

Kesenjangan kaya-miskin di Papua Barat posisi September 2015 bahkan lebih lebar dibandingkan posisi September 2014.

Indeks rasio Gini di Papua Barat posisi September 2014 sebesar 0,41, atau sama dengan rasio Gini nasional kala itu.

Sementara itu, kesenjangan yang lebar di Provinsi DKI Jakarta, tutur Sairi, dikarenakan tidak adanya sektor pertanian, seperti halnya nasional.

Adapun kesenjangan yang lebar di DI Yogyakarta disebabkan konsumsi masyarakat Yogyakarta lapis bawah jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata provinsi lainnya.

"Konsumsi lapisan atas Yogyakarta memang tidak setinggi DKI, tapi konsumsi lapisan bawahnya rendah sehingga gapnya agak lebar," pungkas Sairi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Whats New
Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

Whats New
Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Whats New
Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Whats New
Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Whats New
Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Whats New
60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com