Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pebisnis Didorong Jajaki Pasar Amerika Selatan

Kompas.com - 06/06/2016, 08:30 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com - Kementerian Perdagangan (Kemendag) mendorong para pebisnis menyasar negara-negara nontradisional (emerging market) selain fokus pada negara tradisional guna menggenjot peningkatan ekspor nonmigas. Salah satu negara nontradisional yang didorong untuk mulai dijajaki ialah pasar Amerika Selatan, di samping juga Eropa Tengah dan Afrika.

Hal ini ditegaskan Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Karyanto Suprih pada Forum Pertemuan Pelaku Ekspor Jawa Barat dengan tema “Meraih Pasar Amerika Selatan dalam Rangka Meningkatkan Nilai Ekspor Nonmigas Indonesia”, di Bandung, Jawa Barat, Kamis (2/6/2016).

“Kawasan Amerika Selatan menyimpan potensi yang sangat besar sebagai pasar bagi produk Indonesia, namun nilai perdagangan Indonesia ke kawasan tersebut masih tergolong kecil. Barang-barang konsumsi yang berpotensi besar yaitu produk tekstil, otomotif, dan hasil pertanian,” ujar Karyanto, melalui siaran per ke Kompas.com.

Selama 2015, nilai ekspor Indonesia ke negara-negara di kawasan Amerika Selatan tercatat masih sangat rendah. Nilai total eskpor Indonesia sebesar 2 miliar dollar AS dimana 99 persen diantaranya merupakan ekspor produk nonmigas.

Adapun negara-negara utama tujuan ekspor nonmigas yaitu Brasil, Argentina, dan Peru.

Karyanto mengungkapkan, angka tersebut sangatlah rendah dibandingkan dengan potensi yang ada. Padahal menurut Karyanto, peluang pasar Amerika Selatan sangat terbuka lebar dengan penduduk sekitar 387 juta jiwa dan pendapatan per kapita di atas 11.000 dollar AS.

Pertumbuhan ekonomi Amerika Selatan juga tidak terlalu terpengaruh dengan adanya krisis ekonomi yang melanda Eropa, serta Amerika Selatan telah memiliki kelas menengah yang berjumlah lebih dari 100 juta jiwa.

Negara-Negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi adalah Argentina, Ekuador, dan Peru berada di atas 6,5 persen. Negara-negara Amerika Selatan dengan kelas menengah terbesar saat ini adalah Uruguay (56 persen) dan Argentina (53 persen), sedangkan Bolivia (13 persen) dan Paraguay (19 persen) merupakan negara yang memiliki kelas menengah terendah di Amerika Selatan.

Karyanto mengungkapkan beberapa alasan yang menyebabkan minimnya perdagangan Indonesia ke wilayah tersebut, yaitu karena eksportir masih menganggap lokasi Amerika Selatan terlalu jauh, keuntungan yang belum dapat diprediksi, serta karena Amerika Selatan masih tidak ada dalam struktur promosi.

Selain itu, produk yang dihasilkan juga masih belum berorientasi pada customer. Oleh karena itu, Karyanto mengharapkan para produsen untuk dapat berinovasi dan berkreasi dalam menciptakan produk yang dapat diminati oleh pasar Amerika Selatan.

Kompas TV Lesunya Ekspor dan Impor di Bulan April

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com