Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antisipasi Dana Repatriasi "Numpuk" di Properti, Proyek Infrastruktur Siap Ditawarkan

Kompas.com - 10/08/2016, 13:14 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyampaikan, pemerintah tengah memilah-milah proyek infrastruktur yang menarik yang bakal ditawarkan kepada para pemilik dana repatriasi.

Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan menumpuknya dana di sektor properti.

Saat ini, aturan penempatan dana repatrasi di sektor non-keuangan telah dirilis, yakni Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 122 Tahun 2016.

Dalam beleid tersebut, dana repatriasi dimungkinkan diinvestasikan pada properti dalam bentuk tanah dan/atau bangunan yang didirikan di atasnya.

"Pemerintah sudah identifikasi satu per satu (proyek apa saja). KPPIP (Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas) juga sudah mengidentifikasi proyek infrastruktur apa saja, mana yang KPBU (kerja sama pemerintah dan badan usaha), mana yang skemanya lain," kata Darmin kepada wartawan di kantornya, Rabu (10/8/2016).

Dalam beberapa hari ke depan, lanjutnya, pihaknya akan berdiskusi dengan Kementerian Keuangan untuk menentukan proyek mana saja yang akan ditawarkan kepada pemilik dana.

Sayangnya, Darmin masih enggan membocorkan berapa jumlah proyek yang akan dibahas bersama Sri Mulyani Indrawati.

Dihubungi Kompas.com, Rabu, Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxiation Analysis (CITA) Yustinus Prastowo mengatakan, penempatan dana pada properti yang dimungkinkan melalui PMK 122 tahun 2016 berpotensi distortif terhadap repatriasi.

"Kalau bisa langsung dibelikan properti, maka akan terjadi bubble (gelembung), harga properti naik karena banyaknya penawaran. Tanah murah, cuma mimpi," kata Yustinus.

Yustinus menambahkan, apabila menumpuk di instrumen properti, maka dana repatriasi akan menimbulkan bubble dan tidak berkontribusi signifikan terhadap sektor riil.

"Penumpukan dana repatriasi di properti hanya akan menguntungkan pengembang, agen, dan spekulan," ucap Yustinus.

Di sisi lain, instrumen di sektor keuangan bisa menjadi tidak laku. Lebih ekstrem lagi, dia mengatakan, tujuan repatriasi dari pengampunan pajak bisa tidak tercapai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Spend Smart
Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Spend Smart
Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Spend Smart
Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Whats New
Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Whats New
Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Whats New
Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com