Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengganti Galaxy Note 7 Juga Bermasalah, Saham Samsung Kembali Terpuruk

Kompas.com - 10/10/2016, 19:16 WIB
Aprillia Ika

Penulis

SEOUL, KOMPAS.com - Saham Samsung Electronics Co Ltd kembali terkoreksi 1,5 persen pada perdagangan saham 10 Oktober 2016 akibat device pengganti smartphone Galaxy Note 7 ternyata kembali bermasalah.

Padahal, pekan lalu saat Samsung mulai memberikan device pengganti ke para pengguna smartphone Galaxy Note 7 yang ditarik (recall), saham Samsung sempat terkerek naik 0,2 persen.

Sebelumnya, sejumlah laporan menyebutkan device pengganti yang diberikan Samsung ke pengguna Galaxy Note 7 yang ditarik ternyata masih ada yang terbakar. Hal ini menambah krisis recall yang dilakukan oleh perusahaan teknologi tersebut.

"Menurut saya, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah menyerah akan Galaxy Note 7," ujar Park Jung-hoon, fund manager di HDC Asset Management yang mengelola saham Samsung.

Menurut dia, jika kejadian Galaxy Note 7 terus berulang, akan menimbulkan keraguan masyarakat akan keamanan produk Samsung. "Penting bagi Samsung untuk segera beraksi akan isu ini," ujar dia.

Krisis recall yang dialami Samsung sendiri semakin parah seiring dengan tekanan dari salah satu hedge fund raksasa, Eliott Management, yang memisahkan diri dari Samsung dan membayar 27 miliar dollar AS dalam sebuah dividen spesial.

Tunda Produksi

Seperti dikutip dari Reuters, nara sumber menyebutkan bahwa Samsung akan menunda produksi Galaxy Note 7. Rencana tersebut timbul setelah sejumlah maskapai utama di Amerika Serikat (AS) dan Australia melarang penggunaan device pengganti Galaxy Note 7 dalam penerbangan mereka.

Sebab, sebelumnya ada laporan timbulnya asap dari device pengganti tersebut dalam senuah penerbangan di AS pekan lalu. Insiden tersebut membuat seluruh penumpang harus dievakuasi.

"Jika Galaxy Note 7 tetap diproduksi, akan membuat kehancuran pada merek Samsung dan jadi sejarah kehancuran terbesar dalam sejarah teknologi modern," kata Eric Schiffer, ahli strategi merek dan komisaris di Reputation Management Consultants.

Padahal pada laporan ke regulator, Samsung mengatakan bahwa mereka akan menambah pengapalan produk Galaxy Note 7 dengan inspeksi dan kualitas kontrol lebih baik agar tidak terjadi insiden kebakaran lagi.

Samsung tidak memberikan komentar mengenai penahanan produksi Galaxy Note 7 ini. Sementara itu nara sumber Reuters enggan membeberkan identitasnya sebab tidak diperbolehkan berbicara kepada media.

Nara sumber tidak mengatakan apa permasalahan spesifik yang teridentifikasi sehingga proses produksi Galaxy Note 7 dihentikan sementara.

Larangan Penerbangan

Samsung sendiri di Senin pagi mengatakan bahwa mereka sedang meninvestigasi isu "kerusakan akibat panas berlebih" dan akan melakukan aksi untuk menyelesaikan semua permasalahan terkait hal ini, sesuai dengan Komisi Keselamatan Produk Konsumer di AS.

Sekadar informasi, pada 2 September lalu Samsung mengumumkan untuk melakukan penarikan pada 2,5 juta Galaxy Note 7 di seluruh dunia akibat adanya masalah pada baterai smartphone tersebut yang menyebabkan terbakarnya device.

Samsung kemudian melakukan order baterai dari pemasok lain dan mulai mengirimkan device pengganti ke penggunanya dua minggu kemudian.

Namun ternyata device pengganti tersebut tetap berbahaya sebab pada 5 Oktober 2016 terjadi insiden Galaxy Note 7 (pengganti) yang mengeluarkan asap pada penerbangan Southwest Airline di AS.

Kompas TV Pasca Skandal Meledak, Laba Samsung Masih Naik


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com