Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stok Bensin Turun, Harga Minyak Terkerek Naik

Kompas.com - 10/02/2017, 09:40 WIB
Estu Suryowati

Penulis

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga minyak pada Kamis (9/2/2017) waktu setempat atau Jumat dini hari waktu Indonesia (10/2/2017) ditutup naik. 

Kenaikan harga minyak ini terjadi setelah stok bensin Amerika Serikat (AS) naik. Kenaikan stok bensin menunjukkan tingginya permintaan di pasar minyak terbesar dunia tersebut.

Pada perdagangan Kamis, patokan minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 66 sen atau 1,3 persen, ditutup di level 53 dollar AS per barel.

Sedangkan patokan minyak Brent naik 51 sen atau 0,9 persen ke level 55,63 dollar AS per barel.

Mitra senior di Energy Management Institute, Dominick Chirichella mengatakan saham bensin menarik. Namun hal itu tidak cukup untuk menahan pasar dari berbalik arah, di tengah penurunan produksi dari OPEC dan kelebihan stok minyak mentah AS.

"Jika terus melihat tingkat kepatuhan yang layak di kisaran 85-95 persen dari OPEC dan melihat persediaan di AS, kita bisa mendapatkan penyokong lain," kata Chirichella dikutip dari CNBC, Jumat.

Badan administrasi energi AS, EIA, mengatakan persediaan bensin pada Rabu turun 869.000 barel menjadi 256,2 juta barel. Padahal analis memperkirakan ada kenaikan stok bensin sebesar 1,1 juta barel.

Penurunan stok bensin menunjukkan konsumsi AS lebih kuat dari yang diharapkan. Di sisi lain, mungkin hal ini cukup sehat untuk mendukung harga pasar sebagian besar bahan minyak.

"Bensin AS berhadiah mendukung harga saat ini," kata Tamas Varga, analis senior di London broker PVM Oil Associates. "Mereka merupakan indikasi permintaan AS yang lebih kuat."

Harga bensin AS naik sekitar 1 persen pada Selasa. Tetapi pasokan minyak mentah lebih banyak yang bisa menjadi tekanan harga.

Laporan EIA juga mengatakan bahwa persediaan minyak mentah komersial AS naik 13,8 juta barel menjadi 508,6 juta barel.

Bank AS Goldman Sachs mengatakan, persediaan bahan bakar yang tinggi dan meningkatnya produksi minyak mentah AS berarti akan membutuhkan beberapa waktu untuk menguras.

"Produksi AS juga telah kembali pulih ... dan kami melihat rebound shale lebih cepat, sehingga menciptakan risiko downside. Untuk proyeksi harga 2018, kami perkiraan WTI 55 dollar AS per barel, kecuali ada pasar minyak dunia defisit di paruh pertama 2017," kata Goldman Sachs.

Persediaan minyak yang tinggi di AS telah mengganggu upaya Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen lainnya termasuk Rusia untuk mengencangkan pasar dengan memotong produksi.

OPEC dan eksportir besar lainnya telah sepakat untuk memangkas output dengan hampir 1,8 juta barel per hari pada semester pertama tahun ini untuk menopang harga dan menyeimbangkan pasar.

Kompas TV Negara OPEC Sepakat Pangkas Produksi Minyak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com