Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Perbedaan Bisnis Astra Sekarang dengan Satu Dekade Silam

Kompas.com - 24/02/2017, 17:00 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sudah enam puluh tahun PT Astra Internasional Tbk (ASII) beroperasi di Indonesia. Mulai dari sebuah perusahaan perdagangan umum, yang kemudian meluas menjadi tujuh lini bisnis termasuk pertambangan dan properti, Astra Internasional telah melalui pasang-surut seiring dengan perkembangan ekonomi Indonesia.

Presiden Direktur Astra Internasional Prijono Sugiarto pun mengakui Astra Internasional mengalami perubahan mendasar sejak krisis moneter 1998. Hal itu ia sampaikan dalam media gathering, yang digelar dalam rangka HUT Astra Internasional ke-60, di Jakarta, Jumat (24/2/2017).

"Ada satu perubahan mendasar yang kita inginkan sejak krisis moneter '98. Karena itu juga menjadikan kami belajar lebih baik, bahwa keadaan berbisnis itu harus selalu dilakukan dengan hati-hati," jawab Prijono saat ditanya apa perubahan yang dirasakan Astra Internasional dalam satu-dua dekade terakhir berbisnis di Indonesia.

Dari tujuh lini bisnis - meskipun yang terakhir, properti, masih sangat baru - Prijono mengatakan ada perubahan kontribusi dari masing-masing segmen usaha.

Pada tahun 2001-2002, kontribusi dari segmen otomotif dan jasa keuangan yang ada hubungannya dengan otomotif mencapai 89 persen. Namun, pada tahun 2016 kemarin tepatnya hingga kuartal-III, kontribusi dari segmen otomotif tanpa jasa keuangan hanya mencapai 52 persen.

Segmen otomotif ini sendiri terdiri dari produk roda empat, roda dua, serta komponen. "Itu satu hal mendasar yang memberikan perubahan di Astra. Bahkan perbedaannya jauh lebih dalam, jika dibandingkan dengan belasan tahun lalu," kata Prijono.

Selain dalam hal kontribusi segmen usaha, perubahan yang dirasakan Astra Internasional adalah dalam hal sumber daya manusia. Saat ini secara total ada 404 eksekutif yang bergerak di Astra Internasional.

Yang menarik para eksekutif ini didominasi oleh generasi muda, yang menurut Prijono, bakal menjadi pengganti para pemimpin beberapa tahun ke depan.

"Mereka ini adalah tumpuan masa depan buat Astra," imbuh Prijono. Perbedaan lain yang dirasakan yaitu, perlahan tapi pasti yayasan yang dimiliki Astra Internasional terus bertambah.

Yayasan tersebut bergerak untuk kegiatan tanggungjawab sosial perusahaan, dengan tujuan agar perseroan bisa memberikan kontribusi lebih besar ke masyarakat.

"Itu yang membedakan bisnis 10-15 tahun terakhir," ucap Prijono. Saat ini, grup Astra memiliki sembilan yayasan Astra yang terdiri dari Yayasan Toyota Astra, Yayasan Dharma Bhakti Astra, Yayasan Astra Bina Ilmut, Yayasan Astra Honda Motor, Yayasan Amaliah Astra, serta Yayasan Pendidikan Astra Michael D. Ruslim.

Selain itu ada juga Yayasan Karya Bakti United Tractors, Yayasan Astra Agro Lestasi, dan Yayasan Insan Mulia Pama.

Meskipun kontribusi dari segmen otomotif sudah banyak berkurang, Prijono belum buru-buru untuk merilis lini usaha baru. Sebab, butuh waktu minimal dua tahun untuk mempersiapkan satu lini bisnis baru. Bisnis non-otomotif yang ada saat ini akan terus digarap sebelum menjadi tumpuan masa depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com