Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KKP Populerkan Sistem Perikanan Budidaya Bioflok

Kompas.com - 18/05/2017, 16:28 WIB
Achmad Fauzi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) terus mencari cara untuk mewujudkan ketahanan pangan khususnya penyediaan ikan konsumsi. Salah satu caranya melalui intensifikasi teknologi yang efektif dan efisien. 

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto mengatakan, pemerintah saat ini telah mengembang teknologi pada sistem perikanan budidaya. Salah satunya melalui sistem teknologi budidaya lele sistem bioflok.

Menurut dia, teknologi sistem bioflok menjadi sangat populer saat ini, karena mampu mengenjot produktivitas lele yang tinggi, penggunaan lahan yang tidak terlalu luas dan hemat sumber air.

"Bioflok ini menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, apalagi saat ini produk lele sangat memasyarakat sebagai sumber gizi yang digemari," ujar Slamet dalam keterangannya, Kamis (18/5/2017). 

Adapun, teknologi bioflok merupakan bentuk rekayasa lingkungan yang mengandalkan suplai oksigen dan pemanfaatan mikroorganisme, yang secara langsung dapat meningkatkan nilai kecernaan pakan.  

Slamet menuturkan, dengan sistem bioflok maka produksi perikanan budidaya dapat meningkat hingga tiga kali lipat.

Jika menggunakan sistem konvensional dengan padat tebar 100 ekor per meter kubik (m3) maka panennya memerlukan waktu selama 120-130 hari, sedangkan untuk sistem bioflok dengan padat tebar 500-1000 ekor per m3 hanya membutuhkan 100-110 hari saja.

Selain itu, penggunaan pakan lebih efisien, jika pada teknlogi konvensional FCR rata-rata 1,2, maka dengan teknologi bioflok FCR dapat mencapai 0,8.  Sementara, secara itung-itungan bisnis, usaha ini juga sangat menguntungkan.

Sebagai gambaran dalam satu unit usaha, akan menghasilkan produksi sebanyak 7,5 ton per siklus, dengan kata lain pembudidaya dapat meraup pendapatan sekitar Rp 420 juta per tahun atau sekitar Rp 35  juta per bulan.

"Tentunya ini adalah bentuk keberhasilan inovasi teknlogi budidaya, dan sekaligus menjadi jawaban tepat bagiamana memenuhi kebutuhan pangan masyarakat saat ini. Inovasi teknologi harus mampu menjawab tantangan dan masalah,  serta mampu  memanfaatkan peluang yang ada," imbuh dia. 

Pondok Pesantren

Slamet menambahkan, pengembangan sistem teknologi tersebut akan dikembangkan di lingkungan pondok pesantren. Menurut dia, pondok pesantren sebagai lembaga non formal merupakan lingkungan yang efektif untuk  pengembangan usaha. 

Sehingga pengenalan usaha lele bioflok ini diharapkan akan mampu mewujudkan pemberdayaan umat, sebagaimana pesan yang disampaikan Presiden Joko Widodo. 

Salah satu pesantren adalah pesantren Andalusia di Kabupaten Banjarnegara. Slamet berharap hal ini menjadi salah satu poin positif untuk memicu keberhasilan yang sama di daerah lain.

"Ke depan seiring berjalannya usaha ini, di setiap pondok pesantren diharapkan akan terfasilitasi pembentukan kelembagaan penunjang semisal koperasi, dengan begitu usaha akan berkesinambungan," ujar dia.

(Baca: KKP Gandeng BSN untuk Atur Sertifikasi Perikanan Budidaya)

Kompas TV Menteri Susi  “Cubit Gemas” Menkeu Sri Mulyani
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Whats New
Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Whats New
BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Whats New
Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Work Smart
Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Whats New
Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Whats New
Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com