Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Fitch Ratings, Ini Penyebab Tutupnya 7-Eleven di Indonesia

Kompas.com - 04/07/2017, 09:10 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber Reuters

JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings turut menyoroti perihal penghentian opedasional gerai 7-Eleven di Indonesia.

Menurut Fitch, ini bukan merupakan bukti permasalahan pada seluruh industri ritel, namun cenderung merefleksikan keadaan yang dirasa janggal pada pewaralaba.

Dalam pernyataannya, Senin (3/7/2017), Fitch menyatakan penutupan gerai-gerai 7-Eleven di Indonesia menegaskan risiko terkait regulasi.

Selain itu, kondisi ini juga mengemukakan pentingnya model bisnis yang solid bagi profil kredit peritel.

PT Modern Internasional Tbk menyatakan menutup semua gerai 7-Eleven pada 30 Juni 2017 dikarenakan kurangnya sumber daya untuk membiayai operasional gerai.

Pengumuman ini dibuat beberapa pekan setelah kesepakatan menjual anak usaha yang mengelola 7-Eleven kepada PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk gagal.

"Model bisnis Modern Internasional untuk jaringan 7-Eleven terganggu oleh perkembangan peraturan yang tidak menguntungkan," tulis Fitch.

Pada tahun 2015, sekira 20 gerai 7-Eleven ditutup. Adapun pada tahun 2016 ada 25 gerai yang ditutup, menyisakan hanya 161 gerai.

Penutupan gerai ini menyusul aturan Kementerian Perindustrian pada April 2015 yang melarang penjualan minuman beralkohol di gerai ritel modern kecil seperti 7-Eleven.

Padahal, minuman beralkohol menyumbang sekitar 15 persen penjualan Modern Internasional.

Penutupan gerai berdampak pada penurunan penjualan sebesar 28 persen dan kerugian EBITDA pada tahun 2016.

Fitch meyakini, permasalahan bisnis yang dialami 7-Eleven dikarenakan tidak jelasnya perbedaan antara gerai 7-Eleven dengan jaringan restoran cepat saji dan restoran skala menengah di Indonesia.

"Model bisnis dan risiko gerai 7-Eleven mirip dengan restoran, karena jaringan gerai (7-Eleven) menjual makanan siap santap, minuman, dengan area tempat duduk dan Wi-Fi gratis," ungkap Fitch.

Alhasil, 7-Eleven harus menghadapi kuatnya persaingan dengan jaringan restoran cepat saji dan pedagang makanan tradisional yang masih sangat populer di kalangan konsumen Indonesia.

Profil risiko bisnis ini sangat berbeda dibandingkan minimarket dan convenience store, seperti Alfamart dan Indomaret, yang lebih menegaskan profilnya untuk menjual barang kebutuhan sehari-hari dan jaringannya lebih luas.

Di samping itu, gerai-gerai 7-Eleven juga memiliki biaya sewa yang lebih tinggi.

Bagaimana tidak, 7-Eleven menyediakan area duduk yang membutuhkan area luasan toko yang lebih luas.

Pun sebagian besar gerai 7-Eleven di Jakarta berlokasi di area utama yang pastinya memiliki biaya sewa yang lebih tinggi.

"Biaya sewa Modern Internasional naik sekitar 28 persen pada 2016 meski banyak gerainya ditutup pada tahun 2016 dan 2015," ungkap Fitch. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com