Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dana Asing Berhamburan Keluar

Kompas.com - 24/06/2013, 03:54 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Dana asing ditengarai berbondong-bondong keluar dari pasar saham Indonesia. Aksi jual telah terjadi sejak awal Mei 2013.

Pada perdagangan Jumat (21/6/2013), investor asing telah melakukan net sell  senilai Rp 2,26 triliun. Bila dihitung dari Mei 2013, nilainya sudah lebih dari Rp 19 triliun.

Tak pelak, sejak Mei 2013, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 10,77 persen, dengan penurunan 2,48 persen pada perdagangan Jumat hingga IHSG berada di level 4.515,37.

Gelombang aliran dana keluar dari bursa saham ini membuat net buy di Bursa Efek Indonesia (BEI) menipis. Sampai Jumat, posisi beli bersih investor asing tercatat tinggal Rp 21,3 miliar.

Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, mengatakan, aksi jual para investor asing masih akan terjadi, apalagi setelah Federal Reserve memberi sinyal akan mengurangi program stimulus di tahun ini dan menghentikannya di tahun depan. "Investor asing sudah mengambil posisi jual untuk jangka panjang," ungkapnya.

Menurut Satrio, posisi net buy investor asing yang hanya tinggal Rp 21,3 miliar pun tidak akan bertahan lama. "Sisa net buy tinggal sedikit, akan habis dalam satu atau dua hari," ujar dia.

Sementara itu, analis First Asia Capital, David N Sutyanto, mengatakan, investor asing saat ini menilai risiko berinvestasi di Indonesia tinggi. Terlebih lagi, indikator ekonomi makro meleset di luar harapan.

Kini, investor asing tengah menunggu data positif dari Indonesia. Sayangnya, menurut David, masih belum ada tanda-tanda data positif, seperti upaya pengendalian inflasi yang diprediksi akan tinggi pasca-harga bahan bakar minyak naik.

"Belum ada data fundamental yang membuat asing akan bertahan atau bahkan masuk," ucap David. Namun, dia masih berharap kinerja emiten pada semester satu tahun ini membaik dan membawa sentimen positif ke pasar domestik.

Menurut David, investor lokal masih belum cukup kuat menahan penurunan IHSG. Soalnya, investor lokal pun tak akan gegabah masuk ke pasar modal dalam kondisi seperti ini. "Risikonya masih tinggi. Jadi harapannya tinggal data-data ekonomi dalam negeri yang bisa membaik," kata dia.

Senada, Reza Nugraha, analis MNC Securities, mengatakan bahwa potensi asing masuk lagi ke pasar saham masih lama. Sebab, return obligasi Amerika Serikat sedang naik sehingga asing memilih memindahkan dana ke sana. Dia memproyeksi, IHSG akan turun ke posisi terendah di level 4.330 dengan resistance di 4.850 agar bisa ke 5.000.

Pilihan saham

Para analis yakin, masih ada beberapa saham yang layak koleksi asal jeli melihat saham potensial. Menurut Reza, masih ada kesempatan untuk membeli saham-saham bluechip yang berkinerja bagus seperti PGAS dan TLKM.

Reza juga merekomendasikan saham-saham yang tahan guncangan, seperti saham sektor farmasi. "(Namun) dalam jangka pendek, jangan dulu pilih saham bank yang bakal banyak terkena dampak keluarnya investor asing," kata dia.

David juga menyarankan investor untuk menghindari saham-saham perbankan yang sedang diobral oleh asing, seperti saham BMRI dan BBRI. Ia meminta investor mencermati saham konstruksi seperti WIKA, PTPP, ADHI, dan saham yang tahan menghadapi inflasi seperti RALS.

Adapun Satrio merekomendasikan saham-saham yang tahan guncangan. Dia menyebutkan rekomendasinya antara lain saham UNVR, ICBP, BSDE, ASRI, dan WIKA. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com