Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dahlan: Keterlibatan BUMN di JSS Tunggu Pemerintah

Kompas.com - 18/07/2013, 13:50 WIB
Didik Purwanto

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Kementerian BUMN masih menunggu keputusan pemerintah soal penunjukan perusahaan "pelat merah" yang bisa berpartisipasi dalam studi kelayakan (feasibility study/FS) proyek Jembatan Selat Sunda (JSS).

"Jadi ini memang terserah pemerintah, mau menunjuk BUMN atau tidak untuk FS-nya," kata Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan IskanDahlan saat ditemui di kantor Kementerian Pekerjaan Umum Jakarta, Kamis (18/7/2013).

Dahlan mengaku, saat ini pemerintah masih mempertimbangkan studi kelayakan JSS akan dilakukan oleh kedua institusi, baik dari perusahaan BUMN dan perusahaan pemrakarsa. Namun Dahlan berpikir, bila ada kedua belah pihak yang ikut dalam studi kelayakan tersebut, maka akan menimbulkan masalah baru.

"Kalau kerjasama (dengan pemrakarsa), nanti siapa yang minoritas dan mayoritas. Lalu kerjasamanya seperti apa. Tapi itu belum diputuskan, kami masih menunggu," jelasnya.

Awalnya, proyek JSS ini merupakan inisiatif dari swasta (Artha Graha Group), kemudian Menteri Keuangan saat itu, Agus Martowardojo berpendapat bahwa perusahaan BUMN bisa ikut berpartisipasi dalam studi kelayakan.

Jika studi kelayakan selesai, dilanjutkan dengan tender untuk memilih perusahaan yang mampu membangun proyek tersebut. Saat itu, Dahlan pun menyatakan kesanggupannya bahwa perusahaan BUMN siap untuk melakukan studi kelayakan proyek JSS.

"Tapi jangan berharap studi kelayakan ini murah, mentang-mentang BUMN, terus dibayar murah," katanya.

Dahlan ingin agar studi kelayakan tersebut bisa dilakukan secara sempurna. Hal ini dimaksudkan agar pemilik dana mau mendanai proyek studi kelayakan tersebut sekaligus proyek pembangunannya nanti.

"Pemilik dana mana mau investasi kalau pembuat studi kelayakan bukan dari lembaga internasional. Makanya kita juga menggandeng lembaga internasional untuk studi kelayakan tersebut," tambahnya.

Sambil menunggu proses penunjukan konsorsium studi kelayakan ini, Dahlan pun sudah menunjuk lima BUMN karya untuk siap-siap menerima tugas proyek dalam studi kelayakan JSS. "Tapi itu seandainya kalau kami ditunjuk," tambahnya.

Sekadar catatan, Dahlan memang sudah menunjuk lima BUMN karya untuk ikut berpartisipasi dalam studi kelayakan sekaligus proyek pembangunan JSS. Kelima perusahaan BUMN tersebut adalah PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Waskita Karya (WSKT), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Hutama Karya dan PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP).

Terkait soal dana untuk studi kelayakan, Dahlan mengaku akan menyerahkan mekanismenya ke pemerintah. Saat ini, pemerintah memang masih menyerahkan dana untuk studi kelayakan berasal dari inisiator. Sebab, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di tahun ini tidak ada anggaran untuk JSS.

"Jadi kita akan lihat apakah dana itu dianggarkan di APBN 2014, Agustus nanti kan ada RAPBN 2014," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com