Peneliti Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian Kementerian Pertanian, M Sabran, menengarai, salah satu alasannya adalah adanya kepentingan Amerika Serikat dalam traktat tersebut.
"Bisa dipahami masing-masing negara mau melindungi miliknya. AS ini kedelainya banyak. Mereka berpikir kedelai tidak usah dimasukkan ke dalam tanaman penting dunia, jadi AS tidak ikut menandatangani. Jepang baru tahun ini menandatangani (ITPGRFA)," kata Sabran kepada Kompas.com di kantor Balitbang Kementan, Jakarta, Selasa (8/10/2013).
Dengan pakta global tersebut, negara-negara di dunia bisa bertukar keanekaragaman hayati, khususnya tanaman pangan, sehingga dapat berkontribusi pada ketersediaan pangan dunia.
Selain itu, ITPGRFA juga menjadi landasan kuat bagi penyebarluasan kesejahteraan yang berasal dari keragaman pangan dunia. Jika memungkinkan, maka antarnegara juga bisa saling berbagi keuntungan yang dapat diraih dari pertukaran sumber daya itu.
Sayangnya, diakui oleh Sabran, tiap negara punya kepentingan untuk melindungi tanaman pangan penting yang berasal dari negara mereka. Inilah yang menjadi hambatan sejak 7 tahun lalu. Pakta global soal sumber daya genetik baru menyepakati 64 jenis tanaman pangan.
"Seperti padi, karena banyak yang menggunakan, makanya bisa masuk. Jadi itu negosiasi (penting tetapi alot). Menambah satu jenis tanaman saja bisa bertahun-tahun lamanya," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.