Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buruh: Tidak Ada Kepentingan Politik di Balik Aksi

Kompas.com - 25/11/2013, 13:06 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi buruh yang terus menuntut perbaikan upah minimum meski telah ditentukan sejumlah daerah, jelang pemilihan umum, menyita perhatian publik dan memunculkan tanya adakah kepentingan politik di balik aksi buruh tersebut.

Sekretaris Jenderal Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Muhamad Rusdi menegaskan, tidak ada kepentingan politik yang menunggangi aksi buruh.

"Aksi kami murni menuntut Gubernur/Bupati, ini semua di bawah komando KNGB (Konsolidasi Nasional Gerakan Buruh). Tidak ada seolah-olah yang ingin membuat Jokowi menjadi hancur," kata Rusdi, di Jakarta, Senin (25/11/2013).

Rusdi mengatakan, kenaikan upah minimum 2014 yang telah diputuskan dengan kisaran hanya 10-20 persen membuat buruh akan hidup dengan keterbatasan dan di bawah kelayakan. Kenaikan tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan hidup riil buruh akibat naiknya harga bahan bakar minyak 40 persen, serta lonjakan harga sembako yang tinggi sejak lebaran.

"Dengan upah minimum 2014 hanya di kisaran Rp 1-2,4 juta membuat upah Indonesia makin jauh tertinggal dari upah Thailand yang di tahun 2013 saja telah mencapai Rp 2,8 juta dan Filipina Rp 3,2 juta," katanya.

Senada dengan Rusdi, Ketua DPW Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Jawa Barat Baris Silitonga mengatakan, buruh tidak ditunggangi kepentingan politik. Aksi mereka murni untuk memperjuangkan nasib buruh. Oleh karena itu, para buruh di Jawa Barat pun akan melakukan mogok kerja di kawasan-kawasan industri. Selain itu mereka juga akan bergerak ke istana negara.

"Kami mendesak Presiden SBY tidak beretorika terkait politik upah yang senantiasa mengatakan Indonesia akan meninggalkan upah murah, namun kenyataannya dengan inpres upah yang dikeluarkannya menjadi penyebab utama ditetapkannya upah murah di seluruh daerah di Indonesia," kata Baris.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com