Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Saham EMiten Infrastruktur Melesat

Kompas.com - 06/05/2014, 10:43 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga saham emiten konstruksi bangunan tengah naik daun tahun ini. Secara rata-rata, harga saham emiten sektor konstruksi telah naik 61 persen secara year to date (ytd). Harga saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI) tercatat naik paling tinggi yakni 98,34 persen sejak akhir 2013 hingga kemarin.

Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Steven Gunawan mengatakan, kenaikan harga saham emiten konstruksi ini di luar ekspektasi. Bahkan, menurut analis Mandiri Sekuritas, Handoko Wijoyo, valuasi harga saham beberapa emiten tersebut sudah cukup mahal. Namun, saat ini ada sentimen yang menggerakkan saham konstruksi.

"Dipengaruhi sentimen pemilihan umum. Pemerintahan baru biasanya inisiatif membangun infrastruktur," kata Handoko. Steven menambahkan, harga saham emiten konstruksi juga mendapat sentimen positif dari pencalonan Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden. Maklum, Jokowi cenderung mengutamakan pembangunan infrastruktur.

Nah, pelaku pasar mulai berspekulasi, ini bisa berdampak pada kinerja emiten konstruksi. Sepanjang kuartal I-2014, Steven bilang, kinerja emiten konstruksi pun terbilang moncer. Biasanya di semester II, emiten konstruksi akan lebih banyak meraup laba dan pendapatan. Pasalnya, anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk infrastruktur akan deras mengucur di semester II.

Analis MNC Securities, Reza Nugraha menambahkan, laporan keuangan emiten konstruksi memang cukup bagus. Apalagi, para emiten tersebut memiliki beragam anak usaha, seperti properti, real estate, dan investasi di infrastruktur. "Jadi sumber pendapatannya beragam," ujar Reza.

Kinerja emiten sektor konstruksi, imbuh Helmi Therik, analis AM Capital, juga tertopang tingginya proyek carry over tahun lalu. Realisasi kontrak baru di kuartal I juga masih positif. Tak heran, laba emiten sektor ini pun bertumbuh. Contoh, laba bersih PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang naik 25,87 persen menjadi Rp 6,84 miliar di kuartal I 2014. Pun, laba bersih ADHI juga naik 40,88 persen menjadi Rp 16,23 miliar.

Menurut Helmi, secara valuasi, harga saham emiten konstruksi memang lebih mahal jika dibandingkan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Saat ini price earning ratio (PER) emiten sektor konstruksi sudah mencapai 17,9 kali. Padahal, PER IHSG di 15,19 kali. Namun, karena kinerja yang tinggi, harga saham emiten konstruksi masih berpotensi tumbuh.

"Jadi meski kenaikannya sudah tinggi sejak awal tahun, bukan berarti pertumbuhannya terbatas," ujar Helmi. Ke depan, prospek emiten konstruksi akan ditopang proyek pemerintah. Hingga akhir tahun, Helmi yakin, laba emiten sektor konstruksi bisa tumbuh 40 persen.

Adapun Handoko menduga, pertumbuhan laba emiten sektor konstruksi bisa 15 persen-20 persen. Sedangkan, menurut Steven, laba emiten sektor konstruksi akan tumbuh lebih dari 10 persen.

Di antara saham emiten sektor ini, Steven merekomendasikan beli saham WIKA dengan target harga Rp 2.400. Reza menyarankan beli saham ADHI serta PTPP, masing-masing dengan target Rp 3.350 dan Rp 2.100. (Annisa Aninditya Wibawa, Narita Indrastiti, Veri Nurhansyah Tragistina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com