Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengusaha Kapal Minta Pemerintah Baru Turunkan Biaya Kepelabuhanan

Kompas.com - 30/05/2014, 11:26 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaku usaha logistik meminta pemerintahan hasil Pemilu 2014 mengambil kebijakan yang cepat untuk menurunkan biaya logistik melalui pemangkasan tarif di pelabuhan serta percepatan revitalisasi alat angkut penunjang logistik darat.

Wakil ketua Umum Kadin Indonesia bidang Logistik Carmelita Hartoto mengatakan, penurunan tarif penting untuk mempersiapkan sektor logistik nasional agar memiliki daya saing tinggi dalam menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015.

“Dengan tarif pelabuhan yang murah, harga barang produk  dalam negeri lebih kompetitif,” kata Carmelita dalam keterangan resminya, Kamis, (29/5/2014).

Dia menjelaskan, selama sembilan tahun terakhir, biaya pengiriman barang melalui moda transportasi laut di dalam negeri terus menurun, seiring dengan terjadinya perubahan penggunaan kapal. Dalam hal ini, kapal yang digunakan makin berskala besar.

Namun, penurunan tarif pada angkutan laut tersebut tidak dibarengi dengan penurunan tarif-tarif pada sisi daratnya, baik di sisi tarif-tarif kepelabuhanan maupun dari sisi biaya-biaya akibat pungutan liar dan akibat buruknya akses logistik jalan.

Menurut data INSA, pada 2007, tarif pengiriman kontainer pada rute  Jakarta—Belawan masih berkisar antara Rp 7 juta—Rp 8 juta per TEUs, sedangkan sekarang turun  menjadi Rp4 juta hingga Rp4,5 juta per TEUs. Dari jumlah itu, sekitar 50 persen dibayarkan untuk tarif kepelabuhanan.

Kondisi yang sama juga terjadi pada rute-rute lainnya seperti pengiriman peti kemas Jakarta ke Jayapura, maupun Jakarta ke Sulawesi. "Dulu Jakarta-Sorong mencapai Rp 20 juta, sekarang sudah turun menjadi Rp 8 juta hingga Rp 10 juta per TEUs," ujarnya.

Carmelita yang juga Ketua Umum INSA menegaskan penurunan ongkos angkutan laut itu bukan karena didorong oleh penurunan tarif kepelabuhanan maupun peningkatan produktivitas pelabuhan, tetapi karena meningkatnya volume perdagangan serta evolusi penggunaan kapal kepada yang lebih besar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com