"Dari sisi bank, kami akan me-review strategi bisnis. Kami harus menghindari bisnis yang sensitif pada kenaikan suku bunga, misalnya KPR," tutur Roy di Jakarta, Rabu (12/11/2014).
Adapun per akhir September 2014 Bank Permata masih mencatat ketatnya likuiditas. Kredit, termasuk pembiayaan syariah, tumbuh 12 persen yoy menjadi Rp 130 triliun. Jika dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2013, kredit tumbuh 10 persen.
Di antara ketatnya likuiditas, sebut Roy, pihaknya bisa mengelola likuiditas dan mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 20 persen yoy menjadi Rp 147 triliun. Hal ini membuat rasio Loan-to-Deposit (LDR) membaik menjadi 88,1 persen dibandingkan tahun lalu sebesar 94,5 persen.
Ia menyebutkan, dengan asumsi kenaikan harga BBM bersubsidi Rp 2.500, PermataBank menargetkan pertumbuhan DPK pada tahun depan hanya 12 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.