Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri ESDM Temukan Penyelewengan Petral

Kompas.com - 15/12/2014, 16:33 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said tidak segan-segan menutup keberadaan anak usaha PT Pertamina, yakni,  PT Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) di Singapura. Saat ini Sudirman sudah menemukan beberapa penyelewengan dari Petral.

Menteri ESDM, Sudirman Said mengaku telah mendapat mandat dari Presiden Joko Widodo untuk mengoreksi berbagai penyimpangan yang terjadi dalam kegiatan impor minyak dan gas bumi (migas). Khususnya, kegiatan perdagangan yang dilakukan pihak ketiga seperti Petral.

Sudirman menegaskan, jika memang Petral terbukti melakukan penyimpangan, ia akan segera menutup keberadaan Petral di Singapura. "Jadi Presiden sudah memberi pengarahan untuk melakukan yang terbaik bagi negara. Kalau memang terbukti ada penyimpangan, yang terbaik untuk negara Petral ditutup, ya saya tutup," kata dia kepada Kontan, Kamis (11/12/2014).

Sudirman bilang, tidak akan punya beban bila menutup Petral, apalagi takut. "Saya berani karena Presiden memberi back-up penuh pada usaha-usaha pelurusan di sektor migas ini," jelas dia.

Namun, jika tidak terbukti melakukan penyelewengan, maka Petral wajib memperbaiki aspek-aspek pengelolaan ke depan.

Sudirman berharap, jajaran Pertamina terbuka untuk menyampaikan hal-hal yang diperlukan oleh Tim Reformasi Tata Kelola Migas pimpinan Faisal Basri. Tentu, kata Menteri Sudirman, tim akan menjaga kerahasiaan dari aspek bisnis. "Saya berharap tim direksi sekarang lebih kooperatif," tekan dia.

Namun, kata dia, tanpa Pertamina membuka rahasia dalam bisnis migasnya, Sudirman mendapat laporan bahwa Tim Reformasi Tata Kelola Migas sudah mendapatkan banyak data. Informasi itu juga datang dari orang dalam yang peduli akan Pertamina.

Sudirman menyatakan, salah satu temuan yang mencurigakan, adalah keberadaan satu perusahaan yang menguasai impor minyak di Petral. "Kecurigaannya ke sana. Apakah ada orang yang menguasai dengan judul perusahan yang berbeda tapi orangnya sama. Ini sedang dianalisis teman-teman tim reformasi bagaimana membuktikan kecurigaan kartel," jelas dia.

Sudirman menuturkan, pernah bertemu dengan Menteri Perminyakan Brunei Darusalam yang mengisahkan, bahwa negara tetangga tersebut punya produksi yang lebih besar dari konsumsi di negaranya. Namun, Pertamina tidak pernah menengok negara tetangga ini untuk meminta alokasinya. "Padahal belasan tahun mereka itu ingin menjual ke Pertamina, namun selalu diputar-putar," tutur dia.

Sudirman menandaskan, jika memang Petral dibubarkan, skema impor Bahan Bakar Minyak (BBM) bisa langsung ke pihak Pertamina tanpa campur tangan pihak ketiga. "Akhir tahun ini tim reformasi tata kelola migas akan memberikan rekomendasi. Soal Petral akan diputuskan Desember ini," ujar dia.

Anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Fahmi Radi mengungkapkan, tidak bisa membeberkan semua data saat ini. Namun dia bilang pihaknya sudah mendapatkan bukti dari dokumen penagihan pembelian (invoice) perantara tersebut yang diduga bagian dari mafia migas. "Dan itu harus diberantas," tutur dia.

Kita tunggu saja keputusan tentang nasib Petral.  (Pratama Guitarra)   

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com