“Untuk lima tahun itu kira-kira Rp 110 triliun sampai Rp 120 triliun,” kata Sofyan, kepada wartawan, Selasa (13/1/2015).
Sofyan menjelaskan, untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan tersebut, PLN telah mendapatkan tambahan modal dari pemerintah, selain laba ditahan alias dividen yang tidak disetorkan. Tambahan modal tersebut berupa Penyertaan Modal Negara (PMN) yang masih harus mendapat persetujuan dari DPR. “(PMN) Belum tahu, tergantung pemerintah kasih (berapa),” kata dia.
Sementara itu, dividen yang tidak disetorkan pun belum bisa diumbar berapa nominalnya. Proses audit belum tuntas, sebab neraca keuangan PLN untuk tahun anggaran 2014 juga belum rampung. Yang jelas, selain dari PMN dan juga dividen tersebut, Sofyan mengatakan telah mendapatkan pembiayaan sebesar Rp 50 triliun dari lima kreditur asing. “Rp 50 triliun tadi dari luar semua. Dari World Bank, ADB, JAICA, KfW (Kreditanstalt fur Wiederaufbau),” kata Sofyan.
Sofyan mengakui tingginya pembiayaan yang berasal dari utang luar negeri itu sedikit menekan keuangan PLN. Namun, dia bilang, PLN akan meminta kebijakan exception. “Ada tambahan ekuitas dari pemerintah, ada juga laba tahun ini. Itu akan mengurangi DER (debt to equity ratio),” kata Sofyan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.