Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beli Saham Freeport, ANTM Mudah Mencari Dana

Kompas.com - 29/01/2015, 10:52 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah mendorong PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) membeli saham divestasi PT Freeport Indonesia 10,64 persen. Ini untuk meningkatkan kepemilikan Indonesia atas Freeport menjadi 20 persen.

Menteri ESDM Sudirman Said merekomendasikan ANTM sebagai perusahaan BUMN yang akan membeli saham divestasi Freeport. "Paling masuk akal adalah Antam karena memiliki kegiatan sejenis," kata dia, beberapa waktu lalu.  

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 77 tahun 2014, perusahaan tambang asal AS, Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc, wajib melepas 20 persen sahamnya di PT Freeport Indonesia sebelum 14 Oktober 2015.

Saat ini, pemerintah Indonesia hanya memiliki 9,36 persen saham Freeport Indonesia sementara 90,64 persen saham lainnya dikuasai Freeport McMoran.  

Membeli saham Freeport bisa menguntungkan ANTM. Sayang, saat ini kinerja ANTM anjlok dalam. Per September 2014, ANTM merugi Rp 563,9 miliar. Adapun, pendapatan turun 51,5 persen dari September 2013, menjadi Rp 5,81 triliun.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, bisa saja Antam menerbitkan obligasi sebagai sumber dana untuk membeli saham Freeport. Rasio utang ANTM masih kecil, baru 0,72 kali ekuitasnya. "Jadi, masih ada peluang untuk pendanaan," ujar dia.

Hans menambahkan, ANTM pun bisa menggunakan dana hasil penerbitan saham baru atau rights issue. ANTM akan mendapat tambahan penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 7 triliun lewat penerbitan saham baru. "Bisa saja dana rights issue digunakan jadi tidak sesuai dengan rencana awalnya untuk ekspansi," kata Hans.

Meski belum jelas sumber dananya, Hans optimistis, pemerintah akan membantu pendanaan untuk akuisisi saham Freeport tersebut. Sebab, divestasi saham Freeport juga atas dorongan pemerintah.

ANTM berencana menggunakan dana rights issue untuk beberapa proyek. Pertama, menyelesaikan perluasan Pabrik Feronikel Pomalaa (P3FP). Kedua, membangun unit produksi berkapasitas 40.000 ton nikel dalam feronikel (TNi) per tahun. Terakhir, proyek Smelter Grade Alumina (SGA) di Kalimantan.

Analis Danareksa Sekuritas Stefanus Darmagiri bilang, jika rencana ekspansi ANTM terwujud maka kinerja akan terdongkrak. Sebab, selama ini kinerja ANTM menurun karena pendapatan dari bijih nikel hilang. Ini pangkal aturan pemerintah yang melarang ekspor mineral mentah. "Di 2013, bijih nikel bisa menyumbang 39 persen dari pendapatan perusahaan," tulis Stefanus dalam riset 8 Januari 2015.

ANTM akan meningkatkan volume produksi feronikel 21 persen year on year (yoy) menjadi 20.000 ton pada 2015.  

Meski harga komoditas turun, Stefanus yakin, tahun ini kinerja ANTM bakal lebih baik. Dia memperkirakan, pendapatan ANTM menjadi Rp 10,12 triliun di 2015, dari proyeksi di 2014, Rp 7,92 triliun. Adapun, laba bersih bisa mencapai Rp 194 miliar di 2015, dari proyeksi 2014 yang rugi Rp 404 miliar.

Hans merekomendasikan buy saham ANTM di Rp 1.250 sementara rekomendasi Stefanus hold di Rp 1.100. Adapun, analis JP Morgan Lydia J. Toisuta merekomendasikan underweight dengan target harga Rp 780. Rabu (28/1/2015) harga ANTM turun 1,41 persen ke Rp 1.050 per saham. (Sinar Putri S.Utami)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com