Presiden Direktur & CEO Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengungkapkan, perseroan juga mencatatkan kenaikan aset sebesar 6 persen year on year (YoY) pada akhir 2014 menjadi Rp 103,12 triliun dari Rp 97,52 triliun.
"Kenaikan total aset ini terutama didorong oleh pertumbuhan kredit (gross) sebesar 7 persen (yoy) menjadi Rp 68,4 triliun pada akhir tahun 2014 dari Rp 64 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya,” ujarnya dalam siaran pers, Senin (9/2/2015).
Menurut Parwati, pertumbuhan kredit ini disalurkan dengan melakukan diversifikasi sektor usaha, besaran pinjaman, jenis mata uang dan jangka waktu. Sesuai jenis penggunaannya, komposisi kredit yang disalurkan untuk modal kerja mencapai 42 persen, investasi 41 persen, dan konsumer 17 persen.
"Bank OCBC NISP berhasil menjaga kualitas kreditnya sehingga tingkat NPL (net) berada di posisi 0,8 persen di akhir tahun 2014. Posisi tersebut jauh lebih rendah dari ketentuan BI sebesar 5 persen maupun di kelompok BUKU (Bank Umum Kegiatan Usaha) 3 perbankan Indonesia," lanjut Parwati.
Dia menyebutkan bahwa kondisi perekonomian tahun 2014 cukup menantang. Di tengah kompetisi industri perbankan yang sangat ketat, naiknya suku bunga serta tekanan inflasi sebagai dampak dari kenaikan harga BBM serta pelemahan nilai tukar rupiah membuat pertumbuhan di 2014 lebih lambat. "Tetapi kami tetap optimis bahwa industri perbankan Indonesia memiliki potensi yang lebih baik di tahun 2015,” ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.