Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Masih Rentan Goncangan

Kompas.com - 08/10/2015, 12:30 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -  Selama tiga hari berturut-turut, rupiah menguat signifikan sekitar 5,63 persen. Rabu (7/10/2015), di pasar spot, rupiah bahkan ditutup di Rp 13.821 per dollar Amerika Serikat (AS). Ini posisi terkuat dalam dua bulan terakhir.

Analis pasar uang Bank Mandiri Reny Eka Putri menilai, faktor utama penguatan rupiah adalah otot dollar AS yang sedang loyo. Pasar berspekulasi The Fed tak akan mengerek suku bunga tahun ini akibat data ekonomi Paman Sam kurang gereget.

Goldman Sachs pun memprediksikan kenaikan suku bunga AS bisa tertunda hingga tahun depan. Efeknya, pelaku pasar mengambil untung dengan melepas dollar. "Ini menguntungkan mata uang di  Asia, termasuk rupiah," ungkap Reny, kemarin.

Sentimen dari AS itulah yang  lebih dominan ketimbang faktor dalam negeri. Lihat saja, upaya Bank Indonesia (BI) yang terus menggelar operasi pasar di pasar spot dan forward (berjangka) selama September lalu belum mampu mengangkat rupiah dan hanya menahan kejatuhan rupiah lebih dalam. Padahal sepanjang bulan lalu, cadangan devisa Indonesia susut  3,6 miliar dollar AS dan kini  tersisa 101,7 miliar dollar AS.

Toh, dalam jangka pendek, peluang penguatan rupiah masih terbuka. Apalagi pemodal asing masuk lagi ke pasar saham. Empat hari terakhir, asing mencatatkan pembelian bersih senilai Rp 1,46 triliun.  

Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto, menambahkan, paket ekonomi jilid I hingga III memang memberi sentimen positif di pasar keuangan. "Sehingga dana asing kembali ke Indonesia dan rupiah menguat," ujarnya.

Namun, Research and Analyst Divisi Treasury Bank Negara Indonesia Trian Fathria mengingatkan, semua faktor penyokong rupiah saat ini lebih bersifat sentimen sesaat, bukan perubahan fundamental. "Rupiah masih rawan koreksi jika The Fed menaikkan suku bunga," tandasnya. Toh, setidaknya sentimen jangka pendek itu bisa membawa rupiah ke level 13.500.

Selama belum ada kepastian soal Fed fund rate, rupiah akan sulit bangkit. Kebijakan BI dan pemerintah belum memberi sentimen kuat untuk mengangkat rupiah. "Perlu waktu untuk mengimplementasikan semua paket ekonomi tersebut," ucap Reny. 

Kalkulasi Reny, akhir tahun rupiah bergerak di kisaran 14.600-14.800. Prediksi Myrdal, rupiah akan bergejolak lagi menjelang rapat FOMC pada 26 Oktober nanti. Jika The Fed mengerek bunga tahun ini, rupiah akan di kisaran 14.400 hingga akhir tahun. 

Kamis (8/10/2015) ini, hingga pukul 12.00 WIB, data Bloomberg menunjukkan, mata uang garuda berada di posisi Rp 13.866 per dollar AS, melemah 45 poin dibandingkan penutupan kemarin pada 13.821.

Sementara itu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sesi I hari ini, ditutup naik 13,96 poin (0,31 persen) pada 4.501,09.  (Maggie Quesada Sukiwan, Namira Daufina, Wahyu Satriani)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Whats New
60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

Whats New
Surat Utang Negara adalah Apa?

Surat Utang Negara adalah Apa?

Work Smart
Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Whats New
Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Whats New
Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

BrandzView
Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Whats New
Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Whats New
Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Biaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Biaga hingga BCA

Whats New
Harga Emas Terbaru 17 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 17 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com