Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Aksi Tak Kompromi Jonan

Kompas.com - 30/12/2015, 17:19 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

KOMPAS.com — Sedari awal, kehadiran Ignasius Jonan di Kabinet Kerja sebagai Menteri Perhubungan membawa optimisme baru bagi perbaikan sektor perhubungan nasional.

Sosoknya yang tak mau kompromi dengan sederet rekam jejaknya dinilai tepat menukangi kementerian teknis di sektor perhubungan.

Aspek keselamatan dan pelayanan menjadi prioritas Jonan. Slogannya sangat terkenal, "Lebih baik tidak pernah berangkat daripada tidak pernah sampai".

Berikut 5 sikap tak mau kompromi dari Jonan dalam hal keselamatan dan pelayanan sektor perhubungan:

1. Bekukan 61 penerbangan
Kecelakaan AirAsia QZ 8501 pada Desember 2014 ternyata membuka fakta adanya penerbangan-penerbangan yang tak sesuai dengan izin yang diberikan Kementerian Perhubungan.

Pasca-peristiwa itu, Jonan meminta semua penerbangan diaudit. Hasilnya, pada 9 Januari 2015, lima maskapai diberi sanksi, dan 61 rute penerbangan dibekukan. Tak sampai di situ, Jonan juga menjatuhkan sanksi kepada 11 pejabat Kemenhub, dengan tiga di antaranya pejabat eselon II. Alasannya, para pejabat itu membiarkan terjadinya ketidakpatuhan maskapai terkait waktu penerbangan. (Baca: Jonan Beri Sanksi Lima Maskapai, 61 Penerbangan Dibekukan)

2. Cabut izin operasi maskapai
Semenjak masuk ke Kemenhub, Jonan dikabarkan marah-marah lantaran banyak amanat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan yang tak dijalankan.

Aturan itu terkait kepemilikan pesawat yang diatur dalam UU Penerbangan. Maskapai penerbangan berjadwal wajib memiliki 10 pesawat dengan rincian 5 unit berstatus hak milik, dan 5 sisanya sewa.

Untuk penerbangan tak terjadwal, maskapai wajib memiliki 5 pesawat dengan rincian 1 unit berstatus hak milik dan 2 sisanya sewa.

Sejumlah maskapai penerbangan pun menjadi korban. Izin operasi mereka dicabut, antara lain Asco Nusa Air, Air Maleo, Manunggal Air Service, Nusantara Buana Air, Survey Udara Penas Persero, dan Jatayu Air.

Selain soal kepemilikan pesawat, Jonan juga membekukan beberapa maskapai yang memiliki ekuitas negatif. Menurut dia, kecukupan modal bagi bisnis maskapai sangat penting. Dengan adanya permodalan yang sehat, biaya operasional pun bisa ditutup sehingga segala aspek terkait keselamatan bisa dipenuhi. (Baca: Tak Penuhi Kepemilikan Minimal Pesawat, 8 Maskapai Diultimatum Kemenhub)

3. Larang Lion Air buka rute baru
Kasus keterlambatan penerbangan atau delay Lion Air pada Februari 2015 sempat membuat banyak penerbangan terimbas. Ribuan calon penumpang telantar dan mengamuk di Bandara Internasional Soekarno-Hatta saat itu.

Setelah situasi reda, Jonan lantas menghukum Lion Air. Maskapai itu tak boleh membuka rute baru. Sanksi itu dinilai cukup sehingga Lion Air tak bisa mengembangkan bisnisnya.

Selain itu, sejumlah slot penerbangan dari maskapai yang dimiliki oleh anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Rusdi Kirana, itu dibekukan.

Jonan meminta manajeman Lion Air untuk membuat prosedur operasi standar (SOP) saat delay terjadi berkepanjangan atau delay manajemen, yang memenuhi standar ISO 9000. (Baca: Jonan "Stop" Pengajuan Izin Rute Baru Lion Air)

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com