Akibatnya, Tiffany & Co terpaksa harus memangkas jumlah karyawah lantaran lemahnya daya beli konsumen pada toko-toko di AS.
Tradisi perusahaan untuk menawarkan beragam promosi tidak lagi dilirik oleh konsumen. Selain itu, penguatan dollar AS membuat harga-harga menjadi lebih mahal bagi para turis.
Saham Tiffany & Co pun turun 4 persen menjadi 64,91 dollar AS.
"Kami percaya hasil penjualan keseluruhan yang negatif dipengaruhi oleh melemahnya belanja konsumen terkait kondisi ekonomi global yang menantang dan tidak pasti," kata CEO Tiffany & Co Frederic Cumenal sebagaimana dikutip dari channelnewsasia.com, Kamis (21/1/2016).
Tiffany & Co yang didirikan pada tahun 1837 telah mengeluarkan dana besar untuk desain dan pemasaran perhiasan emas dan perak kontemporer. Tujuannya adalah untuk memikat konsumen yang lebih muda dan mengedepankan mode.
Terlepas dari dampak nilai tukar dollar AS, penjualan produk perhiasan Tiffany & Co selama musim liburan masih saja jeblok. Artinya upaya perusahaan untuk menarik konsumen muda gagal.
Tiffany & Co melaporkan penurunan penjualan selama musim liburan sebesar 6 persen menjadi 961 juta dollar AS. Tiffany & Co memprediksi penurunan penjualan masih akan terjadi dan perusahaan akan mengurangi jumlah karyawan.
Namun demikian, pihak Tiffany & Co tidak menyebut secara pasti berapa banyak karyawan yang akan dirumahkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.