Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Data Tenaga Kerja AS di Maret Bisa Angkat Saham Wall Street Pekan Ini

Kompas.com - 28/03/2016, 08:00 WIB
Aprillia Ika

Penulis

Sumber Reuters

NEW YORK, KOMPAS.com - Data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) di Maret dan sejumlah kunci ekonomi lain bisa mengangkat bursa saham AS di pekan ini, sepanjang data tersebut positif atau sweet spot.

Artinya, data tersebut tidak menambah kekhawatiran akan kenaikan suku bunga acuan, namun data tersebut juga tidak terlalu lemah yang bisa menyebabkan kekhawatiran resesi.

Pada Jumat lalu, saat pasar libur Paskah, data terbaru memperlihatkan pertumbuhan ekonomi AS melambat di kuartal keempat. Namun perlambatan tersebut tidak setajam estimasi semula.

Laporan pada pasar perumahan juga mendorong perhatian investor untuk menambah "gain" di saham pengembang perumahan.

Sejumlah indeks utama akan tetap berada dalam posisi terbaik dibanding posisi terendah di 2016, sebab adanya bukti membaiknya ekonomi di AS serta "rebound" tajam harga minyak. Bahkan saham di AS mematahkan rekor "gain" selama lima minggu berturut-turut pada Kamis pekan lalu, sebelum libur panjang.

Data AS di Jumat menunjukkan, GDP naik 1,4 persen dibanding laporan sebelumnya 1,0 persen. Keuntungan korporasi dari produksi turun 159,6 miliar dollar AS di kuartal keempat.

"Apa yang kami lihat selama beberapa minggu lalu merupakan hal untuk menuju ke normal," kata Brad McMillan, chief investment officer untuk Commonwealth Financial di Waltham, Massachusetts.

Menurut dia, pergerakan saham di AS ke depan akan dipengaruhi oleh paparan kinerja perusahaan. "Ini memasuki fase menunjukkan, dan itu pasti paparan kinerja," lanjut dia.

Paparan kinerja kuartal satu diestimasi akan turun dibanding tahun lalu, dan mungkin di beberapa segmen akan turun jauh. Hal itu bisa mendorong indeks turun.

"Stabilisasi harga minyak bisa mendorong perlambatan kenaikan suku bunga, sebab pada masa mendatang "earning" diperkirakan turun," lanjut McMillan.

Melemahnya dollar AS bisa membantu perusahaan yang terkena dampak kenaikan dollar pada tahun lalu. Indeks dollar DXY turun 2,6 persen sepanjang kuartal I 2016.

"Kami melihat kuatnya perdagangan dollar akan terganggu sedikit, dan itu emmbantu sejumlah area yang terkena dampak penguatannya untuk kembali bertumbuh," kata Adam Sarhan, chief executive Sarhan Capital di New York, mengacu pada relasi saham dan komoditas.

Pekan ini, data ekonomi juga bisa menjadi faktor pemicu turunnya pasar, tergantung bagaimana data tersebut memberikan sinyal bagi langkah Federal Reserve selanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com