JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam mengatasi persoalan pasokan dan harga daging sapi pemerintah melalui Kementerian Pertanian mengambil kebijakan impor dalam rangka menurunkan harga dan intervensi pasar.
Impor yang dilakukan pemerintah adalah dengan mendatangkan daging sapi beku asal Australia dan juga belakangan berencana mendatangkan daging kerbau, jeroan asal India.
Hal tersebut mengundang banyak protes, dari kalangan pengusaha hingga masyarakat yang meragukan kesehatan dan juga kehalalan daging yang di impor oleh pemerintah.
Pengamat ekonomi pertanian Bustanul Arifin mengatakan, kebijakan impor yang dilakukan pemerintah harus melihat visi pemberdayaan peternak lokal.
"Intinya, kebijakan impor itu harus memiliki visi pemberdayaan peternak lokal dan industri peternakan dalam negeri. Tidak semata hanya bervisi menurunkan harga," ujar Bustanul kepada Kompas.com, Jumat (22/7/2016).
Menurutnya, Indonesia juga harus memiliki visi membangun sektor peternakan. Sebab tingkat konsumsi daging sapi masih rendah dan akan terus meningkat kedepannya.
Data terakhir konsumsi daging sekitar 2,6 kilogram per kapita per tahun, walau tingkat konsumsi daging di Jakarta mungkin di atas 10 kilogram per kapita per tahun.
"Angka ini masih akan terus naik, seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan kelas menengah," tambahnya.
Bustanil mengungkapkan, saat ini elastisitas permintaan daging sapi ini tidak terlalu tinggi.
"Yang menarik bagi saya, elastisitas permintaan daging sapi ini tidak terlalu tinggi. Sekitar 0.2 persen. Jadi, walaupun harganya naik, tingkat konsumsi menurun, kecil sekali," ungkapnya.
"Bahasa sehari-harinya, rendang daging tidak, bisa digantikan dengan rendang ayam," tambahnya.
Andalkan Impor
Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, kebijakan impor dilakukan pemerintah sebagai solusi memenuhi kebutuhan protein masyarakat.
"Pemerintah mencari solusi. Supaya protein terpenuhi untuk rakyat, terutama untuk rakyat kecil karena kita protein kurang. Salah satunya adalah daging sapi, jeroan," ujar Amran.
Dengan itu, kata Amran, saat ini tersedia berbagai pilihan untuk masyarakat. Mulai dari daging sapi segar yang harganya Rp 120.000-140.000 per kilogram, daging sapi beku seharga Rp 80.000-100.000 per kilogram, hingga jeroan sapi.