Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bos BEI: Penurunan IHSG Tidak Mencerminkan Fundamental Pasar

Kompas.com - 14/11/2016, 15:45 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengakui terjadi gejolak di pasar modal beberapa hari belakangan. Terhitung dalam dua hari perdagangan hingga Senin (14/11/2016), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi cukup dalam, di atas 6 persen.

Menurut Tito, penurunan IHSG tersebut tidak mencerminkan fundamental pasar modal Indonesia.

Dia menyebutkan, penurunan IHSG lebih dikarenakan faktor psikologis pasar, yang saat ini tengah mengalami ketidakpastian dengan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-45.

"Secara psikologis benar terjadi "Trump's effect". Terjadi uncertainty (ketidakpastian). Dalam kondisi uncertainty ini orang bertindak janga pendek, sehingga high cost. Tetapi secara fundamental semua saham sebagai komoditas masih bagus," kata Tito di Jakarta, Senin.

Tito menjelaskan, dalam sembilan bulan, kapitalisasi saham-saham yang memiliki market cap terbesar masih tumbuh 11,35 persen.

Artinya, kata dia, dalam setahun atau 12 bulan diperkirakan pertumbuhannya mencapai 15 persen.

Kinerja mayoritas emiten bursa pada kuartal III juga terlihat lebih baik. Di sisi lain, dari makro ekonomi, Tito melihat program amnesti pajak juga mendukung perbaikan tata kelola fiskal Indonesia.

"Domestik kita kuat sekali. Beberapa perusahaan growth setahun 15 persen. Kayaknya bursa negara lain enggak ada yang growth-nya setinggi ini. Message-nya apa? Fundamental perusahaan mesti baik. Perusahaan mesti untung, masih beroperasi dengan bagus. Itu yang menarik di Indonesia," kata Tito.

Lantas, jika fundamental pasar Indonesia masih baik, apa yang menjadi penyebab longsornya IHSG?

Menurut Tito ada sejumlah penyebab yang menjadi faktor pendorong anjloknya IHSG, yang utamanya bermuara pada kemenangan Trump.

Sebagaimana diketahui, Trump mengalahkan rivalnya Hillary Clinton dalam pemilu Presiden AS yang berlangsung pekan lalu.

Pertama, kata Tito, kemenangan Trump memberikan ketidakpastian pada pasar, utamanya terkait kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral, Federal Reserve. Seperti diketahui, Trump berencana akan melakukan akselerasi belanja.

Akselerasi belanja ini akan mendorong spending lebih cepat, dan menyebabkan kecenderungan inflasi di AS.

Adapun cara untuk menangani ekonomi yang bergerak begitu cepat (inflasi tinggi), tentu yang paling efektif adalah dengan menaikkan suku bunga.

Indikator kenaikan suku bunga ini sudah ditangkap oleh pasar, yang mana terlihat dari kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) sekitar 10 basis poin-12 basis poin dalam sepekan terakhir.

"Dan (kenaikan yield) ini merefleksikan akan terjadinya kenaikan suku bunga (Fed) dalam waktu dekat," kata Tito.

Kedua, pasar masih wait and see kebijakan ekonomi Trump, yang mana pada saat kampanye condong ke arah proteksi dan inward looking.

Trump, kata Tito, mungkin saja akan merenegosiasi dagang dengan China. Kemungkinan ini ujungnya akan berimbas terhadap permintaan dari Indonesia.

"(Tapi) Saya menganggap ini semua masih dampak psikologis dan semacam rekonsiliasi dari kenaikan bursa kita yang sudah agak besar, ditambah persepsi terhadap, kata orang suku bunga Fed akan naik," ungkap Tito.

Kompas TV Pergerakan Pasar Saham Usai Trump Menang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com