Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemulihan Harga Minyak Dunia Diprediksi Lamban

Kompas.com - 19/11/2016, 18:49 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pulihnya harga minyak dunia diperkirakan terjadi secara lamban, meski banyak faktor yang diyakini banyak analis bakal mengerek kenaikan harga minyak dunia seperti ekspektasi pemangkasan produksi oleh kartel minyak, OPEC.

Ekonom energi dan lingkungan yang kini menjabat sebagai Deputi I Kepala Staf Kepresidenan, Darmawan Prasodjo mengatakan, banyak hal yang terjadi saat ini dan akan mempengaruhi harga minyak dalam satu-dua tahun ke depan.

Salah satunya adalah kemungkinan arah kebijakan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

"Kalau dilihat Partai Republik (Trump) ini kan lebih pro ke industri, agak kurang (concern) terhadap environment. Di sisi lain Partai Demokrat lebih (concern) ke human right, environment, dan pajak tinggi. Saya melihat kebijakan Trump nantinya lebih pro pada industri," kata pria yang akrab disapa Darmo ini ditemui usai diskusi di Jakarta, Sabtu (19/11/2016).

Terkait dengan produksi minyak, Darmo melihat nampaknya Trump akan mengambil kebijakan yang mendukung perusahaan-perusahaan 'Anglo-Saxon' yang bergerak di industri minyak dan gas, atau dikenal dengan istilah 'the Seven Sisters'.

Menurut Darmo, kebijakan ini akan berkombinasi dengan kenaikan suku bunga the Fed. Dampaknya ke Indonesia dan negara-negara importir minyak, yaitu biaya energi yang harus dibayar menjadi lebih besar.

Saat ini produksi minyak di Indonesia hanya sekitar 700.000-800.000 barel per hari (bph). Sedangkan kebutuhannya mencapai 1,6 juta bph.

"Impor memang bukan dari AS, tetapi yang mempengaruhi adalah bagaimana pasokan-permintaan migas di AS itu mempengaruhi harga minyak dunia," ucap lulusan Texas A&M University itu.

Meski nampaknya kebijakan Trump akan memberikan pengaruh besar terhadap harga minyak ke depan, namun Darmo juga mengingatkan bahwa permintaan dunia terhadap minyak juga didorong oleh pertumbuhan ekonomi global.

Dengan begitu, lanjut Darmo, apabila perekonomian China - sebagai negara dengan kebutuhan energi tinggi- terus melemah, maka permintaan minyak pun tetap rendah.

Mempertimbangkan kemungkinan itu juga, Darmo yakin kalaupun akhir November nanti OPEC mencapai kesepakatan pemangkasan produksi, harga minyak tidak lantas serta-merta pulih.

"Fluktuasi harga minyak itu akan sulit sekali diprediksi. Trennya naik, tetapi tidak dalam waktu yang sangat cepat," pungkas Darmo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com