Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nilai Tukar Tembus Rp 12.200, "Outflow" di Pasar Obligasi Rentan Terjadi

Kompas.com - 16/10/2014, 05:07 WIB
Tabita Diela

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto, mengungkakan bahwa profil pembeli Surat Utang Negara (SUN) umumnya bukan bank sentral. Karena itu, SUN rentan diperjualbelikan kembali.

Menurut Handy, hal tersebut paling rentan terjadi jika nilai tukar rupiah mencapai Rp 12.200. "Kalau rupiah di atas Rp 12.200 per dollar AS, akan mendorong adanya outflow. Di September 2013 dan Oktober hitungan kita kalau rupiah melemah sampai Rp 12.200 akan ada outflow sampai Rp 10 triliunan. Ini musti kita waspadai," ujarnya di Jakarta, Rabu (15/10/2014).

Handy menuturkan, jika rupiah dibiarkan melemah, bahkan sampai Rp 12.400, akan ada potensi outflow yang cukup besar di pasar obligasi. Adapun, jenis obligasi yang rentan diperjualbelikan kembali adalah obligasi bertenor pendek.

"Pada outflow 2011, 2012, 2013, dan 2014 yang paling gampang keluar itu obligasi yang tenornya pendek. Artinya memang ada benarnya juga kalau investor obligasi asing banyak tenor panjang, umumnya long term investor. Sekarang tenor menengah dan panjang masih cukup dimiliki oleh asing, sehingga potensi outflow yang signifikan saat rupiah stabil mustinya terbatas. Kita lihat yang jangka pendeknya sudah keluar sekitar Rp 6 triliun," imbuh Handy.

Handy menambahkan, pihaknya sudah membuat prediksi pasar obligasi tahun depan. Menurutnya, beberapa hal yang perlu dicermati adalah kenaikan Fed Fund Rate, US Treasury yield. Kenaikan Fed Fund Rate sudah pasti meningkatkan US Treasury yield. Namun, jumlahnya tidak terlalu tinggi.

"Outlook kita, challengenya memang kemungkinan Fed Fund Rate naik dan dampak kenaikan US Treasury yield seperti apa. Secara normal, kalau Fed Fund Rate-nya naik, ya US Treasury yield-nya naik. Kenaikannya tidak akan setinggi suku bunga Fed Fund Rate. Asumsi Fed Fund Rate naik sampai 1 persen, diperkirakan US treasury yield 10 tahun juga tidak akan sampai 1 persen," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com