Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perekonomian Indonesia Sangat Bergantung pada Dinamika Politik

Kompas.com - 06/11/2014, 13:13 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Hendri Saparini mengatakan, ekonomi Indonesia mendatang sangat bergantung pada perkembangan politik yang ada. Sayangnya, hingga saat ini masih ada potensi konflik antara legislatif dan eksekutif yang mengganggu optimisme pertumbuhan ekonomi 2015.

Dalam presentasinya bertajuk 'Indonesia 2015 and Beyond: Reinventing Economic Priorities', Hendri mengatakan rangkaian panjang kegiatan politik 2014 telah menghasilkan legilatif dengan kelengkapan di DPD, DPR, dan MPR serta pemerintahan baru yang dikomandoi Joko Widodo dan Jusuf Kalla.

Namun demikian, pesta demokrasi tersebut ternyata masih menyisakan catatan yang berpotensi menganggu stabilitas politik. "Pertama, potensi konflik antara legislatif dan eksekutif," kata Hendri, Kamis (6/11/2014).

Hendri menuturkan, selama ini partai pendukung Presiden dan Wapres selalu memimpin legislatif. Namun dengan perubahan UU MD3, saat ini kepemimpinan legislatif dikuasai koalisi partai oposisi, dalam hal ini koalisi Merah Putih. Dengan kekuatan 63 persen KMP di parlemen, tentu hal ini memunculkan kekhawatiran potensi konflik.

"Kedua, ada indikasi potensi konflik tidak hanya antara legislatif dan eksekutif, tetapi juga di internal legislatif sendiri. Sekarang ini ada gesekan-gesekan di internal legislatif. Ini satu hal yang harus dikelola Jokowi-JK," lanjut Hendri.

Menurut Hendri, bagi pemerintah Indonesia, dukungan legislatif sangat penting karena sistem politik memberi peran yang cukup besar pada DPR lewat berbagai fungsinya. "Oleh karenanya Presiden Jokowi-JK dan Tim Kabinet Kerja memang harus memiliki strategi untuk mengelola potensi gesekan yang akan terjadi," ucap Hendri.

Selain itu, lanjut dia, masih ada peluang bagi pemerintah Presiden Jokowi-JK untuk menciptakan optimisme karena bagi pelaku bisnis. "Menurut kami, yang penting bagi pebisnis saat ini bukan tidak adanya konflik, tapi segera hadirnya eksekutif yang mampu menjadi eksekutor efektif untuk mendorong dan menciptakan iklim usaha yang produktif bagi percepatan pertumbuhan ekonomi," pungkas Hendri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rincian Tarif Listrik per kWh Berlaku Mei 2024

Rincian Tarif Listrik per kWh Berlaku Mei 2024

Whats New
Inflasi AS Sulit Dijinakkan, The Fed Pertahankan Suku Bunga

Inflasi AS Sulit Dijinakkan, The Fed Pertahankan Suku Bunga

Whats New
The Fed Tahan Suku Bunga, Mayoritas Saham-saham di Wall Street Melemah

The Fed Tahan Suku Bunga, Mayoritas Saham-saham di Wall Street Melemah

Whats New
IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

Spend Smart
Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Whats New
Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Whats New
Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Whats New
Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting Saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting Saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com