Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Neraca Perdagangan RI Kembali Surplus

Kompas.com - 01/12/2014, 12:46 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Neraca perdagangan Indonesia akhirnya kembali surplus, setelah dalam beberapa bulan mengalamu defisit. Badan Pusat Statistik (BPS) melansir neraca perdagangan pada bulan Oktober 2014 mengalami surplus sebesar 23,3 juta dollar AS. Ekspor RI tercatat sebesar 15,35 miliar dollar AS, sedangkan impornya tercatat sebesar 15,33 miliar dollar AS.

Informasi saja, bulan September lalu, neraca perdagangan  mengalami defisit sebesar 270,3 juta dollar AS.  Hal itu merupakan defisit bulan kelima sepanjang tahun ini.

Kepala BPS, Suryamin menuturkan, volume neraca perdagangan juga mengalami surplus sebesar 30,7 juta ton, dimana ekspor tercatat sebesar 43,84 juta ton, sementara impornya tercatat sebesar 13,18 juta ton.

“Pada (neraca perdagangan) Oktober, surplus dari non-migas lebih tinggi dari defisit migas,” kata Suryamin dalam paparan, Senin (1/12/2014).

Suryamin mengatakan, pada Oktober, neraca perdagangan non-migas mengalami surplus sebesar 1,13 miliar dollar AS, sedangkan neraca perdagangan migas mengalami defisit sebesar 1,11 miliar dollar AS.

Defisit deraca perdagangan migas disebabkan defisit perdagangan minyak mentah sebesar 141,3 juta dollar AS. Sedangkan defisit hasil minyak masih tinggi mencapai 2,109 miliar dollar AS.

“Secara kumulatif Januari-Oktober 2014, neraca perdagangan masih defisit 1,64 miliar dollar AS, dimana defisit migasnya mencapai 10,72 miliar dollar AS, sedangkan surplus perdagangan non-migas sebesar 9,08 miliar dollar AS,” kata Suryamin.

Masih defisit dengan ASEAN
Perdagangan RI dengan negara-negara di kawasan ASEAN pada Oktober 2014 masih mengalami defisit sebesar 58,6 juta dollar AS. Secara kumulatif Januari-Oktober 2014, defisit neraca perdagangan dengan negara-negara di ASEAN mencapai 1 miliar dollar AS.

“Kita kalahnya dengan Thailand. Dengan lainnya, seperti dengan Malaysia, Vietnam, Laos, Kamboja, Myanmar, kita surplus baik Oktober maupun kumulatif Januari-Oktober,” imbuh Suryamin.

Sementara itu, neraca perdagangan dengan negara-negara Uni Eropa mengalami surplus baik pada Oktober 2014 yang sebesar 387,7 juta dollar AS, maupun kumulatif Januari-Oktober 2014 yang sebesar 3,46 miliar dollar AS.

“Ini membuktikan UE sudah membaik. Mudah-mudahan berdampak positif pada ekspor kita. Tapi secara kumulatifnya dengan Jerman dan Peranci kita masih defisit,” kata Suryamin.

Adapun neraca perdagangan dengan mitra dagang utama seperti Tiongkok, Jepang, AS, India, Australia, Kore Selatan, serta Taiwan mencetak defisit 231,2 juta dollar AS, pada Oktober 2014. Pun secara kumulatif Januari-Oktober 2014, juga mengalami defisit 2,8 miliar dollar AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Whats New
Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Whats New
Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Whats New
Keuangan BUMN Farmasi Indofarma Bermasalah, BEI Lakukan Monitoring

Keuangan BUMN Farmasi Indofarma Bermasalah, BEI Lakukan Monitoring

Whats New
Bea Cukai Lelang 30 Royal Enfield, Harga Mulai Rp 39,5 Juta

Bea Cukai Lelang 30 Royal Enfield, Harga Mulai Rp 39,5 Juta

Whats New
Bisnis Alas Kaki Melemah di Awal 2024, Asosiasi Ungkap Penyebabnya

Bisnis Alas Kaki Melemah di Awal 2024, Asosiasi Ungkap Penyebabnya

Whats New
Penuhi Kebutuhan Listrik EBT Masa Depan, PLN Bidik Energi Nuklir hingga Amonia

Penuhi Kebutuhan Listrik EBT Masa Depan, PLN Bidik Energi Nuklir hingga Amonia

Whats New
LPPI Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1-S2, Simak Persyaratannya

LPPI Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1-S2, Simak Persyaratannya

Work Smart
Jadi 'Menkeu' Keluarga, Perempuan Harus Pintar Atur Keuangan

Jadi "Menkeu" Keluarga, Perempuan Harus Pintar Atur Keuangan

Spend Smart
Emiten Perdagangan Aspal SOLA Bakal IPO dengan Harga Perdana Rp 110 Per Saham

Emiten Perdagangan Aspal SOLA Bakal IPO dengan Harga Perdana Rp 110 Per Saham

Whats New
Data Terbaru, Utang Pemerintah Turun Jadi Rp 8.262,10 Triliun

Data Terbaru, Utang Pemerintah Turun Jadi Rp 8.262,10 Triliun

Whats New
Bank Mandiri Genjot Transaksi 'Cross Border' Lewat Aplikasi Livin’

Bank Mandiri Genjot Transaksi "Cross Border" Lewat Aplikasi Livin’

Whats New
Kuartal I Ditopang Pemilu dan Ramadhan, Bagaimana Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ke Depan?

Kuartal I Ditopang Pemilu dan Ramadhan, Bagaimana Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ke Depan?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com