Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lion Group Tak Masalah Pembangunan Bandara Lebak Batal

Kompas.com - 04/11/2015, 19:02 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Lion Group mengaku akan patuh kepada Kementerian Perhubungan (Kemenhub) apa pun keputusan terkait pembangunan bandara di Lebak, Banten. Bagi Lion, tak masalah bila pembangunan bandara itu dibatalkan.

"Masalah utama kan apakah syarat operasionalnya yes or no. Kalau yes, catatannya ada atau tidak. Kalau no, bagi kami kan juga enggak ada masalah. Kami tinggal cari alternatif lain untuk mengantisipasi pertumbuhan penumpang itu," ujar Presiden Direktur Lion Group Edward Sirait dalam acara diskusi Polemik Bandara Lebak di Jakarta, Rabu (4/11/2015).

Dia menjelaskan, ketertarikan Lion Group membangun bandara di Lebak berangkat dari adanya peningkatan jumlah penumpang di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Namun, lonjakan tersebut tak dibarengi dengan penambahan kapasitas bandara.

Namun, Lion Group memahami jika aspek safety atau keselamatan harus tetap menjadi pertimbangan utama berdirinya suatu bandara. Ketersediaan ruang udara atau air space juga jadi pertimbangan.

Lion Group mengaku memiliki analisis mengapa pembangunan bandara di Lebak bisa dilakukan.  Namun, dia menuturkan, keputusan boleh atau tidaknya pembangunan bandara di Lebak kembali ke tangan Kemenhub sebagai regulator.

"Kami menunggu, dalam tanda kutip, catatan-catatan Kemenhub untuk kami analisis," kata Edward.

Saat ini, pembangunan bandara di Lebak masih menjadi polemik. Menurut Kemenhub, ruang udara di Lebak terbilang sempit.

Di sisi barat terdapat Bandara Curug. Di sisi tenggara terdapat Bandara Atang Sanjaya. Di timur terdapat Bandara Rumpin. Di sebelah utara dan timur laut merupakan wilayah Soekarno-Hatta dan Halim. Adapun sisi utara merupakan wilayah milik Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) TNI, tempat latihan militer untuk tembak-menembak.

Sementara itu, di sisi selatan, ada daerah pegunungan dengan ketinggian bukit antara 5.000 kaki dan 11.000 kaki.

Dengan keterbatasan ruang udara itu, Kemenhub meminta PT Maja Raya Indah Semesta (MRIS) selaku inisiator sekaligus calon pengembang bandara melakukan kajian lebih dalam. Salah satunya untuk penyesuaian arah landasan pacu (runway) sehingga tak mengganggu ruang udara bandara yang ada di sekitarnya.

Namun, meski runway diubah, Kemenhub tetap meyakini bahwa operasionalisasi bandara Lebak tak akan optimal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com