Rektor Universitas Paramadina Prof Firmanzah PhD memandang bahwa kebijakan kenaikan suku bunga The Fed ini pun akan direspon oleh Bank Indonesia (BI) dari sisi moneter dengan melakukan penyesuaian terhadap suku bunga acuan.
"BI Rate akan disesuaikan saat The Fed menaikkan suku bunga. BI Rate diprediksi akan dinaikkan untuk mencegah kepemilikan asing di instrumen investasi tidak keluar," kata Firmanzah di Jakarta, Kamis (19/11/2015).
Meskipun demikian, Firmanzah memprediksi kenaikan suku bunga BI hanya berlaku untuk jangka pendek atau short term. Tujuannya adalah agar arus modal yang keluar dari Indonesia tidak terlalu banyak.
BI memiliki posisi untuk menjaga pasar keuangan domestik. Apabila bank sentral memutuskan untuk menurunkan BI Rate, maka ada kemungkinan bahwa arus modal akan keluar dengan deras sekaligus membuat tekanan terhadap mata uang rupiah semakin tinggi.
Firmanzah pun menyoroti keputusan bank sentral untuk menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Primer menjadi 7,5 persen.
Menurut Firmanzah, ia melihat pola kebijakan ini hampir serupa dengan langkah yang dilakukan oleh bank sentral Tiongkok.
"Rasanya BI mengikuti pola bank sentral Tiongkok. Sebelum menyesuaikan suku bunga, maka GWM dulu yang dicoba untuk disesuaikan untuk melihat bagaimana respon pasar. Setelah itu kebijakannya bisa bagaimana tetap merelaksasi GWM atau menyesuaikan suku bunga," terang Firmanzah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.