Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Kami Enggak Mau Bali Selatan jadi Rebutan Investor...”

Kompas.com - 01/03/2016, 05:40 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Reklamasi Teluk Benoa di Denpasar, Bali yang rencananya akan dilakukan oleh grup Artha Graha yakni PT PT Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI) mendapat penolakan dari masyarakat setempat.

Masyarakat dari 23 desa adat di pesisir Teluk Benoa telah menyatakan sikap penolakan tersebut.

Yang menarik, selain karena alasan mengganggu kegiatan spiritualitas, penolakan juga berlatar-belakang ketakutan akan dominasi invetor yang akan masuk.

Hal tersebut mengemuka dalam audiensi masyarakat Bali Selatan, di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Senin (29/2/2016).

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Badung I Gusti Kade Sutawa mengatakan, akomodasi pariwisata di Bali Selatan saat ini sudah kelebihan pasokan (over-supply).

Akibat over-supply akomodasi pariwisata di Bali Selatan, hotel-hotel di kawasan tersebut perang tarif antara Rp 250.000 hingga Rp 300.000 per malam.

Kondisi ini menurut dia tidak baik bagi kesejahteraan karyawan dan investor eksisting, sebab imbal balik investasi menjadi makin lama. Sutawa pun ingat pernyataan Presiden Joko Widodo ‘Tourism kills tourism’.

“Saya bilang langsung kepada Pak Jokowi setelah kampanye, kebetulan saya mantan tim relawan, bahwa reklamasi enggak perlu. Karena menurut saya pariwisata butuh pemerataan. Jangan hanya bangun Bali Selatan. Tapi bangunlah Bali Timur, Bali Utara, dan Bali Barat. Kami enggak mau Bali Selatan menjadi rebutan investor, sehingga merugikan masyarakat,” kata Sutawa.

Hal senada disampaikan Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia Bali Ngurah Wijaya, yang menyebutkan bahwa pariwisata di Bali Selatan sudah berkembang terlalu eksesif.

Saat ini di seluruh Bali ada 130.000 kamar hotel, dengan tingkat keterisian hanya sekitar 50 persen.

Revitalisasi Teluk Benoa yang bertujuan untuk menambah akomodasi pariwisata menurut dia menjadi ancaman makin tidak terpenuhinya kamar-kamar hotel yang sudah ada saat ini.

“Kami minta dipertimbangkan lagi apakah perlu revitalisasi dengan tujuan wisata,” ungkap Wijaya.

Sementara itu, Penyarikan Desa Pakraman Sesetan I Wayan Dudik Mahendra justru khawatir apabila reklamasi Teluk Benoa semakin membuat sektor agraris ditinggalkan oleh masyarakat, dan beralih menjadi sektor pariwisata yang notabene sudah sesak di Bali Selatan.

Apalagi kata dia, dibandingkan daerah-daerah lain, masyarakat di Bali Selatan saat ini rata-raat sudah bekerja dengan tingkat pendapatan cukup baik.

“Masih ada masyarakat kami di Bali yang kondisi ekonominya lebih memprihatinkan. Tapi kenapa dipaksakan di Sesetan yang begitu sumpek, macetnya. Dan kami tidak bisa membayangkan apabila pariwisata yang dibangun, kemacetan yang terjadi, apakah pariwisata masih layak untuk kita jual?” kata Mahendra.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com