Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pangeran Muda Saudi Umumkan Rencana Akhiri "Kecanduan" Minyak

Kompas.com - 26/04/2016, 12:00 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

Sumber Reuters

RIYADH, KOMPAS.com - Pangeran muda Kerajaan Saudi yang baru berusia 31 tahun, Mohammed bin Salman, yang juga menjabat sebagai Deputi Putra Mahkota Mohammed bin Nayef, membeberkan rencana ambisius untuk mengakhiri kecanduan dunia terhadap minyak.

Dalam Visi 2030, Pangeran Mohammed ingin menaikkan penerimaan non-minyak mencapai 600 miliar riyal (160 miliar dollar AS) di 2020 dan 1 triliun riyals (267 miliar dollar AS) di 2030.

Sementara pada tahun lalu penerimaan non-minyak baru mencapai 163,5 miliar riyals (43,6 miliar dollar AS). Sayangnya, sang pangeran enggan membeberkan detil rencana tersebut.

Dia hanya menjanjikan hal tersebut akan tercapai, dan komentarnya berupaya untuk emnarik spektrum sosial yang lebih luas dalam masyarakat Saudi, terutama partisipasi kaum muda yang saat ini menghadapi tekanan pengangguran dan perubahan ekonomi.

Apa yang akan dilakukan sang Pangeran?

Pertama, dia akan menjual kurang dari 5 persen saham BUMN minyak Arab Saudi yakni Saudi Aramco. Valuasi harganya saat ini valuasinya lebih dari 7 triliun riyal atau 2 triliun dollar AS. Skemanya melalui IPO.

Rencana lain, yakni melakukan perubahan sosial dengan mendorong peran wanita agar lebih aktif dalam pembangunan dan perekonomian. Salah satu caranya, yakni dengan memberikan status bagi ekspatriat untuk menjadi warga negara.

"Kami tidak ingin negara kami jadi bulan-bulanan pasar komoditas dari luar," kata sang pangeran di istana kerajaan di Riyadh.

Sebelum harga minyak mulai terjun pada 2014, sejumlah ekonom menganggap kebijakan fiskal Riyadh dan struktur ekonominya sudah tidak berkelanjutan. Sementara mengurangi pendapatan dari penjualan energi yang membuat reformasi lebih mendesak.

Rencana sang pangeran muda ini tampaknya digunakan untuk mengangkat sentimen di pasar saham Saudi, di mana saham melonjak 2,5 persen pada perdagangan selama delapan bulan. Tapi hal itu tidak menjamin kerajaan bisa makmur di era minyak murah.

Fokus rencana sang pangeran yakni restrukturisasi Reksa Dana Umum (PIF), yang akan menjadi hub untuk investasi Saudi di luar negeri, antara lain dengan mengumpulkan uang melalui penjualan saham di Aramco.

Dalam konferensi persnya, Mohammed menampilkan dirinya sebagai seorang pemimpin modern yang berusaha untuk membangun kembali Arab Saudi dari lesunya ekonomi dan reputasi, ia menunjukkan minat dalam topik termasuk pendidikan, peran publik perempuan, dan sepak bola.

Arab Saudi akan menyiapkan kurikulum pendidikan baru, kata Pangeran Mohammed. Meskipun upaya reformasi sebelumnya, sekolah kerajaan selalu terlihat seolah-olah hanya fokus pada ajaran agama daripada mempersiapkan siswa untuk peran dalam ekonomi modern.

Berdasarkan rencana, Arab Saudi akan memproduksi atau merakit setengah dari peralatan pertahanan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, katanya, dan Riyadh akan membuat investasi asing lebih mudah.

"Saya pikir pada tahun 2020, jika minyak berhenti berproduksi kami bisa bertahan hidup," kata Pangeran Mohammed. "Visi ini bukanlah mimpi, itu adalah kenyataan yang akan terwujud," katanya.

Kompas TV Bagaimana Harga Minyak Terbentuk?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke Jastiper

Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke Jastiper

Whats New
Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Rilis
Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Whats New
Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Whats New
Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi 'Trading'

Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi "Trading"

Earn Smart
Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Whats New
Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Whats New
Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Whats New
Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Whats New
BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Whats New
Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Work Smart
Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com