Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kontrak Pecat", Perjanjian di Balik Keberhasilan Indonesia Tembus Standar Penerbangan AS

Kompas.com - 11/08/2016, 08:05 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Banyak cerita di balik keberhasilan Indonesia menembus standar otoritas penerbangan sipil di Amerika Serikat atau Federal Aviation Administration (FAA).

Teranyar, terungkap adanya "kontrak kerja" siap dipecat yang dibuat jajaran pejabat eselon I dan II Direktorat Jenderal Perhubungan Udara bila gagal meloloskan Indonesia masuk kategori 1 FAA.

Saat itu, Menteri Perhubungan masih dijabat oleh Ignasius Jonan. "Waktu itu begitu (sepakat siap dipecat), tetapi kan sekarang berhasil," ujar Direktur Jenderal Perhubungan Udara Suprasetyo sembari tertawa kepada Kompas.com, Jakarta, Rabu (10/8/2016).

Ia menceritakan, kontrak kerja siap dipecat itu dibuat saat ia akan diangkat Jonan sebagai Dirjen Perhubungan Udara pada Januari 2015. Meski begitu, kontrak kerja itu tidak tersurat di dalam selembar kertas atau dokumen.

Jonan dan Suprasetyo hanya mengandalkan rasa saling percaya. "Dulu kontrak waktu saya akan diangkat, enggak tertulis, tetapi kontrak lisan dengan Pak Jonan," kata pria 58 tahun kelahiran Magelang itu.

Selama ini, standar FAA kerap dianggap sebagai standar tertinggi sektor penerbangan dunia. Pemerintah juga mengakui hal tersebut.

Namun, Suprasetyo mengungkapkan bahwa kontrak kerja itu tidak hanya berlaku untuk FAA, tetapi juga pencabutan larangan terbang ke Eropa.

Pada Juni 2016 lalu, Uni Eropa sudah terlebih dahulu mencabut larangan terbang tiga maskapai asal Indonesia, yakni Citilink, Lion Air, dan Batik Air.

Pernyataan Suprasetyo dibenarkan oleh mantan Staf Khusus Menteri Perhubungan Hadi M Djuraid. Menurut ia, kontrak kerja siap dipecat itu merupakan target yang diberikan Jonan kepada jajaran pejabat di Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

"Kontrak istilah saja. Tidak hanya disampaikan ke Pak Suprasetyo, tetapi juga kepada para direktur. Pak Jonan memosisikan ini sebagai hal yang sangat penting dan jadi prioritas," ucap Hadi.

Bahkan, kata dia, Jonan memantau langsung realisasi kontrak kerja itu secara konsisten. Beberapa kali diagendakan pembahasan khusus mengenai persoalan FAA dalam rapat pimpinan yang rutin digelar setiap Selasa.

Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Ditjen Perhubungan Udara, Mohammad Alwi, juga mengungkapkan adanya kontrak kerja khusus dengan Jonan. Setelah Indonesia menembus katagori 1 FAA, ia langsung menghubungi mantan bosnya yang sudah tidak lagi menjabat sebagai menteri.

"Setelah ganti empat menteri dan empat dirjen, akhirnya usaha ini berhasil. Saya sudah bilang ke Pak Jonan bahwa tugas saya untuk FAA ini sudah selesai," tutur Alwi seperti dikutip dari Antara.

Prestasi itu sekaligus mengakhiri penantian panjang Indonesia yang hampir 10 tahun hanya duduk dikategori 2 FAA. Artinya, standar penerbangan Indonesia tidak memenuhi standar Amerika Serikat.

Berkat keberhasilan Indonesia menembus kategori 1 FAA, maskapai nasional diperbolehkan mengudara lagi di langit Negeri Paman Sam.

Kompas TV Survei: Garuda Indonesia Maskapai Paling Dicintai di Dunia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com