Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investor Asing Minati Surat Berharga Syariah Negara

Kompas.com - 16/02/2017, 12:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Investor asing meminati surat berharga syariah negara (SBSN) alias sukuk negara di awal tahun ini.

Investor asing menggenggam SBSN domestik sebanyak Rp 14,08 triliun atau setara dengan 5,34 persen dari total SBSN yang dapat diperdagangkan.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan per 10 Februari 2017, jumlah tersebut naik 58,74 persen dari posisi akhir Desember 2016 sebesar Rp 8,87 triliun.

Meski tumbuh tinggi, jumlah kepemilikan asing di SBSN relatif kecil jika dibandingkan dengan dana asing di surat utang negara (SUN) yang mencapai Rp 671,18 triliun.

Senior Research Analyst Pasar Dana Beben Feri Wibowo menuturkan, kenaikan kepemilikan asing di SBSN disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Dari internal, pasar pendapatan tetap mendapat angin segar dari perekonomian domestik yang semakin membaik.

Hal tersebut tercermin dari keputusan lembaga pemeringkat Moodys Investors Service meningkatkan outlook surat utang Indonesia dari sebelumnya stabil menjadi positif pada 8 Februari 2017.

Moodys juga mempertahankan peringkat surat utang Indonesia di level Baa3, yang merupakan level layak investasi.

Sebelumnya Fitch lebih dulu menaikkan outlook surat utang Indonesia dari stabil menjadi positif.

"Tentu, keputusan tersebut secara psikologis berpeluang mempengaruhi keputusan S&P menaikkan peringkat Indonesia menjadi investment grade pada pertengahan tahun nanti," ujar Beben.

Sentimen negatif dari global juga tidak terlalu besar di awal tahun ini. Dampaknya, nilai tukar rupiah dalam negeri masih terkendali dengan pergerakan di kisaran Rp 13.300.

Momentum tersebut dimanfaatkan investor asing untuk mengakumulasi sukuk negara, pasca pasar tertekan di Oktober dan November 2016. Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) mencatat, kinerja SBSN di Oktober 2016 minus 0,39% dan November 2016 minus 2,74 persen.

Sementara rata-rata imbal hasil investasi di sukuk per 13 Februari 2017 mencapai 2,2 persen bila dihitung sejak awal tahun. "Faktor tersebut diduga membuat kepemilikan asing di SBSN naik," kata Beben.

Trump Effect

Beben berpendapat, prospek investasi sukuk ke depan akan dipengaruhi sentimen "Trump Effect" dan kebijakan The Fed.

Ekonomi Eropa dan China yang masih kurang baik juga akan mempengaruhi keputusan investasi investor asing. Kepemilikan asing di SBSN diprediksi turun akhir tahun nanti. Apalagi pasar SBSN sudah jenuh beli.

Secara konservatif, Beben memprediksi kepemilikan asing di SBSN 2017 ini tumbuh 5 persen-10 persen. Sedangkan rata-rata imbal hasil sukuk sepanjang tahun ini sekitar 7 persen-8 persen.

Desmon Silitonga, Analis Capital Asset Management, juga berpendapat bahwa kepemilikan asing di SBSN berpotensi menanjak di waktu mendatang. Dengan catatan, inflasi dalam negeri tetap terkendali di level 4 persen.

"Meskipun pertumbuhan SBSN melesat, secara nominal masih terbilang kecil dibandingkan dengan Surat Utang Negara (SUN), karena asing lebih suka yang likuiditasnya tinggi," papar Desmon.

Ia memprediksi, kepemilikan SBSN oleh investor asing akan tumbuh 5 persen-7 persen tahun ini. Sedangkan yield SUN bertenor 10 tahun diperkirakan sekitar 7,2 persen-7,8 persen. (Umi Kulsum)

Kompas TV Obligasi Jadi Hobi, Kredit Bank Tidak Laku?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Whats New
Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Whats New
Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Whats New
Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Whats New
DANA dan Jalin Sepakati Perluasan Interkoneksi Layanan Keuangan Digital

DANA dan Jalin Sepakati Perluasan Interkoneksi Layanan Keuangan Digital

Whats New
Kredit UMKM Bank DKI Tumbuh 39,18 pada Kuartal I-2024

Kredit UMKM Bank DKI Tumbuh 39,18 pada Kuartal I-2024

Whats New
Penyaluran Kredit Bank Mandiri Capai Rp 1.435 Triliun pada Kuartal I-2024

Penyaluran Kredit Bank Mandiri Capai Rp 1.435 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com