Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cita-Cita Swasembada Pangan 2014, Ini Kata DPR

Kompas.com - 10/10/2013, 16:31 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah bercita-cita mencapai swasembada pangan pada 2014. Sejumlah komoditas, yakni beras, jagung, kedelai, gula dan daging harus bisa dicukupi dari dalam negeri. Sayangnya, hingga triwulan akhir 2013, ketersediaan kelima komoditas tersebut masih mengandalkan impor luar negeri.

Ketua Komisi IV DPR RI, Romahurmuzy mengatakan, dirinya pesimistis cita-cita tersebut akan terwujud. “Saya pesimis ya, kan beberapa waktu yang lalu kita sudah berbicara soal daging. Dengan adanya aturan pembebasan impor daging premium, dan impor bebas sapi siap potong sesungguhnya swasembada daging sapi ini sudah melenceng jauh dari target yang harus dicapai,” kata pria yang akrab disapa Rommy ini di Senayan, Jakarta, Kamis (10/10/2013).

Rommy pun kembali pesimistis membicarakan soal gula. Ia menilai, ada kesalahan perencanaan. Menurutnya insentif seharusnya diberikan kepada pabrik gula berbasis tebu, bukan pabrik rafinasi.

“Kapasitas pabrik rafinasi bisa 5,7 juta ton bisa dicapai dalam kurun waktu 10 tahun. Sementara pabrik gula berbasis tebu dalam 153 tahun beroperasi baru 5,7 juta ton. Pemerintah perlu koreksi kebijakan gula ke depan. Jadi merajalelanya gula rafinasi tidak memakan industri gula berbasis tebu,” katanya.

“Tahun depan program swasembada gula sulit tercapai. Apalagi proyeksi Juli 2014,sebesar 2,7 juta ton harusnya dikoreksi,” ucap Rommy.

Begitu pula dengan kedelai. Komoditas bahan baku pembuatan tahu tempe itu saat ini produksi nasionalnya hanya748.000 ton. Itu, jauh dari kebutuhan nasional yang sebesar 2,2 juta ton.

Sebagai catatan, peningkatan produksi kedelai terkendala sejumlah faktor, mulai dari perluasan area tanam baru, hingga kebijakan tata niaga yang terkesan malah menguntungkan jika komoditas tersebut diimpor daripada diproduksi dalam negeri. “Itu mustahil siapapun pemerintahnya. Jadi tidak tercapai,” kata anggota dewan dari fraksi PPP itu.

Sementara untuk produksi jagung dalam negeri saat ini belum memenuhi syarat industri. Sehingga importasi masih menjadi pilihan. “Beras memang bisa swasembada. Tetapi yang kita cita-citakan surplus 10 juta ton beras tahun 2014. Kalau tahun 2012 yang lalu hanya 5,6 juta ton kemudian di tahun 2013 aram-1 (angka ramalan) hanya naik 0,3 persen  artinya produksi tahun ini tidak akan mencapai 5,7 juta ton. Bagaimana mungkin surplus 10 juta ton tahun depan,” katanya.

Rommy mengatakan, 4 dari 5 komoditas tersebut tak akan mencapai swasembada pada 2014, kecuali beras. Namun, beras pun diprediksi tak akan mencapai target 10 juta ton.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com