Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kasihan Pak Rusdi Kirana Diberi Harapan Palsu oleh Bawahannya..."

Kompas.com - 18/09/2015, 11:33 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Nasib pembangunan bandara di Lebak, Banten, yang digagas Lion Grup bersama mitranya, PT Maja Raya Indah Semesta (MRIS), belum jelas. Menteri Perhubungan Ignasius Jonan pun dituding Direktur Utama MRIS Ishak sebagai "dalang" di balik ketidakpastian pembangunan bandara tersebut.

Namun, anggota staf khusus Menteri Perhubungan, Hadi M Djuraid, langsung membantah tuduhan itu. Dia justru merasa kasihan dengan CEO Lion Grup Rusdi Kirana karena tak diberikan informasi yang utuh oleh para bawahannya terkait pembangunan bandara Lebak.

"Terus terang saya kasihan sama Pak Rusdi Kirana karena dia diberi harapan-harapan palsu oleh bawahannya, harapan-harapan sesat oleh bawahannya, seolah-olah bandara ini (Lebak) pasti beres, pasti dapat izin, dan sebagainya," ujar Hadi saat dihubungi Kompas.com, Jakarta, Jumat (18/9/2015).

Menurut Hadi, meski konsep bandara Lebak merupakan multiple airport, yaitu perpaduan bandara baru dengan yang lama, untuk saling membagi beban arus penumpang dan barang keluar masuk Jakarta dan sekitarnya, bandara Lebak juga harus memenuhi persyaratan dari sisi ruang udara (airspace).

Pasalnya, di wilayah Lebak ada beberapa airspace bandara lain, yaitu Bandara Pondok Cabe, Curug (Budiarto), Halim Perdanakusuma, Rumpin, Atang Sanjaya, dan Soekarno-Hatta. Khusus untuk Bandara Curug dan Soekarno-Hatta, bandara Lebak tidak diperkenankan memotong training area Curug yang merupakan tempat sekolah penerbangan, dan tak boleh memotong area Bandara Soekarno-Hatta karena bisa mengganggu manuver pesawat yang akan lepas landas dan mendarat dengan dua landasan pacu dan satu landasan lagiyang akan dibangun.

Kemenhub, kata Hadi, tidak melarang investor untuk membangun bandara di mana saja, tetapi harus tetap melakukan kajian dalam berbagai persyaratan, mulai dari lokasi hingga ketersediaan ruang udara.

"Ini kebiasaan lamanya Lion kan. Dulu kan mereka seenaknya aja harus dituruti. Misalnya, biasanya, kalau mengajukan izin rute, harus langsung dituruti. Maunya apa, harus dituruti. Sekarang ya maaf saja, harus kembali ke aturan," kata Hadi.

Dia juga mengatakan, daripada Dirut MRIS memojokkan Kemenhub di media dengan pernyataan lambat merespons investasi, lebih baik lakukan kajian secara teliti terhadap pembangunan bandara di Lebak. "Jadi, enggak usah marah-marahlah. Enggak menyelesaikan masalah kalau marah-marah," ucap Hadi.

PT MRIS selaku pengembang sekaligus inisiator pembangunan bandara di Lebak, Banten, menyebut Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan tak mau memberikan izin pembangunan bandara tersebut. Meski tidak diizinkan, MRIS tetap ngotot membangun bandara yang disebut-sebut menjadi penopang Bandara Internasional Soekarno-Hatta. (Baca: Pengembang Bandara Lebak: Memangnya Negara Ini Punya Jonan?)

"Tetap investasi, masih, biarin aja, memangnya negara punya Pak Jonan. Bilangin aja, kata Pak Ishak, memangnya negara punya Pak Jonan sendiri," ujar Direktur Utama PT MRIS Ishak saat dihubungi di Jakarta, Kamis (17/9/2015).

Lebih lanjut, dia menuding bahwa Jonan-lah orang di balik persoalan izin yang belum diberikan dalam pembangunan bandara di Lebak tersebut. Kementerian Perhubungan (Kemenhub), kata dia, sudah setuju pada pembangunan bandara itu, tetapi terhalang oleh Jonan.

Baca juga: Bos Lion Grup Dikabarkan Marah ke Jonan, Ini Kata Stafsus Menhub

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Whats New
Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

Whats New
Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Whats New
Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Whats New
Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Whats New
Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Whats New
60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com