Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bergantung pada Minyak dan Gas, Ini yang Akan Terjadi pada Ekonomi Malaysia

Kompas.com - 24/08/2016, 18:10 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com — Sejak harga minyak dunia merosot tajam pada tahun 2014 lalu, perekonomian dan pasar keuangan Malaysia suram. Bagaimana tidak, negeri jiran tersebut sangat tergantung pada pasar energi untuk menopang ekonomi.

Harga minyak mentah dunia yang ambrol 57 persen memaksa Perdana Menteri Datuk Seri Najib Razak merevisi ke bawah prediksi pertumbuhan ekonomi pemerintah selama dua tahun beruntun. Selain itu, nilai tukar mata uang ringgit juga tenggelam.

Mengutip Business Insider, Rabu (24/8/2016), sejalan dengan pergerakan harga minyak, nilai tukar ringgit mencapai 3,1420 per dollar AS kala harga minyak masih di atas 100 dollar AS per barrel.

Namun, pada Januari 2016 ketika harga minyak bertengger pada posisi sekira 30 dollar AS, kurs ringgit melemah ke level 4,4285 per dollar AS.

Ada setidaknya tiga alasan ekonomi Malaysia amat bergantung pada migas.

Pertama, Malaysia adalah satu-satunya net eksportir minyak di antara ekonomi utama Asia dan eksportir gas bumi liquified natural gas (LNG) terbesar kedua dunia.

Kedua, industri energi berkontribusi sebesar seperlima dari produk domestik bruto (PDB) Malaysia.

Ketiga, pengiriman minyak mentah, LNG, dan produk olahan minyak menyumbang 14 persen terhadap total ekspor Malaysia pada semester I-2016.

Dengan statistik sedemikian rupa, ada kemungkinan besar Malaysia akan terus terpukul apabila harga minyak terus berfluktuasi secara dramatis layaknya dua tahun terakhir.

Menurut analisis biro riset BMI Research yang berkantor di London, produksi minyak mentah Malaysia bakal turun ke 635.000 barrel per hari (bph) pada tahun 2024.

Ini adalah dampak panjang lemahnya harga minyak membuat aktivitas eksplorasi bawah laut menjadi terbatas.

"Produksi gas alam Malaysia diproyeksikan meningkat ke 71,1 miliar meter kubik pada tahun 2024. Hal ini sejalan dengan produksi dari ladang-ladang baru membantu memperbaiki penurunan (produksi) dari ladang yang lama," ungkap BMI.

Lalu, apa yang dilakukan Malaysia?

Menurut Bloomberg, penurunan cadangan minyak dan gas telah mendorong Malaysia untuk meremajakan ladang yang ada, mengembangkan ladang marjinal, dan mengintensifkan kegiatan eksplorasi.

Malaysia pun bercita-cita untuk menjadi pusat regional untuk jasa perlengkapan energi di Asia Pasifik.

Najib menerapkan pajak konsumsi tahun lalu yang diperkirakan akan mendatangkan pendapatan 39 miliar ringgit pada 2016 dan juga mengenakan tarif pajak penghasilan yang lebih tinggi di atas satu persen.

Kompas TV Indonesia-Malaysia Sepakat Percepat Keamanan Bersama
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com